(0271) 625546

gkjbaki@gmail.com

Panitia HUT, gereja kristen jawa, gkj, gkj baki, gereja kristen jawa baki, baki, sukoharjo, gkj klasis sukoharjo, klasis sukoharjo, klasis, sinode gkj, sinode

Panitia HUT

Menghayati 60 tahun GKJ Baki

“Bergerak untuk Menggerakkan”

Gereja tidak boleh hidup bagi dirinya sendiri. Kesadaran tersebut tertuang dalam ajaran dan tatanan Gereja-gereja Kristen Jawa bahwa tugas panggilan gereja mencakup dua hal. Yang pertama adalah untuk mewartakan kabar keselamatan (Injil) dan yang kedua pemeliharaan iman bagi orang percaya supaya dapat terus mewartakan Injil. Kedua hal itu berakar dari jalan sejarah dari Gereja Kristen Jawa sebagai gereja yang mewarisi tradisi misi dari Gereformeerde Kerken Nederland (GKN), gereja yang memprakarsai penyebaran kekristenan secara institusional di Jawa Tengah. Bercermin dari hal itu, bila kini GKJ Baki dalam memasuki usianya yang ke 60 tahun, sudah selayaknya kita mengingat lagi bahwa adanya gereja adalah untuk mewartakan cinta kasih Allah sebagaimana dinyatakan dalam Injil. Maka, tajuk besar “Bergerak dan Menggerakkan” dipilih sebagai bagian dari upaya untuk melihat hal itu. Bahwa perlu untuk terus ditegaskan bahwa eksistensi dan keberadaan gereja untuk mewartakan Injil akan selalu ditantang zaman. Oleh karena itu, bagaimana intuisi untuk bergerak dan menggerakkan dapat menjadi laku yang ingin ditempuh GKJ Baki untuk terus mengerjakan tugas panggilannya sebagai gereja? Hal itu perlu dilihat dalam rangkaian yang menunjukkan bahwa keberadaan gereja tidak terlepas dari usaha untuk menyikapi zaman yang selalu berubah. Menengok masa lalu dan mengimajinasikan masa yang akan datang menjadi hal yang penting untuk merenungkan keberadaan kita saat ini.

Gerak Pertumbuhan GKJ Baki

Baki menjadi salah satu wilayah yang penting sejak masa pemerintahan Hindia Belanda. Hal itu dapat dilacak dari beberapa catatan sejarah yang memuat cerita melegenda sejak Perang Diponegoro, serta adanya beberapa bangunan sisa-sisa infrastruktur yang pernah aktif pada masa kolnial. Perkebunan yang luas, lahan sawah yang subur serta ketersediaan jalur air irigasi yang melimpah menjadi beberapa alasan mengapa wilayah Baki memiliki sumber daya pertanian yang penting kala itu. Ditambah dengan letak wilayah yang berdekatan dengan beberapa titik strategis, juga dapat menjadi penjelasan mengapa wilayah Baki menjadi penghubung jalur mobilitas yang banyak disinggahi sampai pada tahun 1900-an. Kala itu, beberapa pabrik seperti di Wonosari, Gawok, Kartasura dan Pedan memunculkan aktivitas ekonomi modern dengan dampak yang besar setelah kebijakan Politik Etis, sehingga tidak heran bila interaksi sosial yang heterogen sudah berlangsung dan membentuk karakter masyarakat yang khas di Baki. Oleh sebab itu, wajar bila di sana terdapat keragaman dari banyaknya kalangan yang tinggal, selain para petani dan pedagang, terdapat para pekerja dari bangsa Eropa, warga Tiong Hoa, hingga para bangsawan Kraton yang memukimi tanah perdikan. Dari konteks tersebut, tidak heran bila tingginya lalu lalang gerak masyarakat tampaknya juga menjadikan Baki cukup masuk akal menjadi sasaran misi.

Dalam perjalannya, setidaknya ada dua arus yang menjadi warna. Dari sisi Timur, pengembangan gereja-gereja Gereformeerd dari Klasis Sala masuk dengan pendekatan institusional melalui sekolah-sekolah yang didirikan di daerah Pandeyan. Sedangkan dari arah Barat, penyebaran ajaran Kerasulan juga sudah menjangkau wilayah di sekitaran Wonosari, Kingkang hingga Mancasan. Sampai dengan didirikannya Sekolah Rakyat oleh Yayasan Sekolah Kristen di Baki Pandeyan era sebelum kemerdekaan, semakin tampaklah giat dari pertumbuhan jemaat di Baki. Seiring bertambahnya intensitas kegiatan-kegiatan gerejawi, keberadaan sekolah Kristen yang didirikan juga menarik simpati dan minat dari masyarakat untuk dibaptis. Dapat dikatakan pertumbuhan jemaat pun beriringan dengan praktik misi dari Sekolah Rakyat Kristen yang menunjukkan wajah kasih Allah itu bagi masyarakat. Dengan pertambahan jemaat dengan peningkatan jumlah warga yang dibaptis serta bergabungnya beberapa jemaat dari kelompok kerasulan, kelompok Kristen di Baki menjadi pepanthan dari GKJ Joyodinigratan. Hal itu berlangsung hingga pada 9 April 1963, didewasakanlah GKJ Baki sebagai gereja dewasa.

Lika liku perjalanan perkembangan kedewasaan dari GKJ Baki jelas telah membentuk karakter dan mentalitas jemaatnya. Secara demografis, GKJ Baki memiliki keragaman dan keunikan yang menjadi kekuatan. Di antaranya adalah sifat terbuka dan tidak anti pada perubahan, menjadikan GKJ Baki mampu beradaptasi dan bertumbuh dalam berbagai situasi. Dengan keragaman cara berpikir, kelas ekonomi dan jenjang usia yang ada, upaya pemeliharaan iman jemaat dapat terus dilakukan. Tentu saja dalam beberapa kesempatan muncul gesekan dan pro-kontra karena perbedaan, namun dalam praktek hal-hal semacam itu dapat dilalui dengan solid. Kini, kepelbagaian tidak dipandang sebagai hambatan, melainkan justru menjadi potensi yang harus dikelola dan dimanfaatkan seara optimal bagi kemuliaan Tuhan.

Tantangan untuk bergerak

Setelah 60 tahun berselang, gerak pertumbuhan GKJ Baki tidak mungkin berhenti. Kesadaran sebagai gereja yang melakukan misi pewartaan Injil harus tetap dihidupi. Di tengah dinamika zaman yang selalu bergerak, GKJ Baki juga didorong untuk terus bergerak menjadi pewarta kabar Keselamatan Allah. Dengan keberadaan lebih dari 600 warga yang tersebar dalam kelompok-kelompok di sekitar di tiga tempat ibadah di Baki, Daleman dan Kingkang, jemaat GKJ Baki memiliki potensi dan sumber daya yang harus dikelola dengan baik. Tantangan demi tantangan akan ditemui. Setelah krisis akibat pandemi Covid-19 sudah berlalu, jelas tidak tertutup kembungkinan adanya krisis lain di masa depan yang mulai muncul dalam beberapa gejala.

Gejala yang pertama, perubahan budaya akibat dari kemajuan teknologi yang kini sudah bagian dari seluruh aktivitas kehidupan, menjadi peluang sekaligus potensi masalah. Masyarakat yang semakin akrab dengan budaya teknologi, tanpa disadari berkembang dalam karakter sosial yang semakin individualistik. Beriringan dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan teknologi, kita menjadi pribadi yang tertutup dan mudah menghindar dari interaksi fisik. Kebiasaan interaksi teks (chating) bisa menggusur komunikasi lisan. Dengan itu, budaya sopan santun dan saling menghormati bisa semakin tergerus dengan kebiasaan hate speech (ujaran kebencian) dan gosip melaui sosial media. Hal ini sering menjadi penyebab gesekan dan konflik antar individu hingga antar kelompok.

Maka harus dimengerti bahwa transformasi teknologi sebenarnya juga mendorong perubahan budaya. Tanpa kesiapan untuk mengantisipasinya, tanpa kesiapan untuk beradaptasi di dalamnya, dan tanpa kesiapan untuk mengendalikannya, perubahan cara hidup dan interaksi yang disebabkan oleh teknologi bisa merusak. Hal ini patut menjadi perhatian, manakala kita hendak terus bergerak dalam persekutuan. Jangan sampai, kegagalan dalam menyadari dan menyikapi perubahan kemudian menjadikan kita kehilangan kualitas relasi. Alih-alih berpadu dalam persekutuan yang penuh pengharapan, kita justru terpecah belah dalam sentimen dan persepsi negatif terhadap sesama.

Kemudian gejala yang kedua, adanya bonus demografi di mana tingginya jumlah usia masyarakat produktif menjadi tantangan dalam regenerasi. Banyaknya jumlah generasi muda menjadi peluang sekaligus tantangan bagi alih peran dalam kehidupan sosial. Belakangan ini maraknya kasus kejahatan yang dilakukan oleh anak usia remaja. Bukan hanya kebiasaan bullying (perundungan), tidak sedikit tindak kriminal dilakukan oleh para remaja yang masih duduk di bangku sekolah. Tentu ada beberapa faktor. Salah satunya adalah penyimpangan perilaku yang disebabkan ketiadaan keteladanan. Dan tidak jarang juga, remaja pelaku kejahatan merupakan korban dari relasi buruk dan peniru dari tindakan para orang tua. Dengan kata lain, krisis keteladanan menjadi salah satu persoalan yang memunculkan krisis baru terkait mentalitas generasi muda.

Tanpa interaksi dan kesadaran yang cukup, keteladanan baik tidak mungkin terwujud. Keteladanan yang baik tidak pernah cukup sebatas diceritakan. Melainkan suatu keteladanan adalah praksis penghayatan yang diaktualisasikan dalam kehidupan. Artinya, dalam konteks persekutuan yang terdiri dari berbagai kategori generasi, keteladanan harus dilakukan dan dihayati dalam kebersamaan. Hanya dengan itu, suatu mentalitas dapat diturunkan dan disebarluaskan secara nyata.

Panggilan untuk menjadi Penggerak

Dari gambaran tantangan di atas, tema bergerak dan menggerakkan bersinambung dengan dasar penghayatan masa Paska pada tahun 2023 ini yang diambil dari Kisah Para Rasul 10:34, sebagai dasar bagi kita untuk merespon situasinya. Di sana dikatakan sebagai berikut; “Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: ‘Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang’”. Ungkapan dari Rasul Petrus itu patut menjadi perhatian, sebab refleksi tentang sikap Allah yang “tidak membedakan orang” muncul dalam pergumulan yang nyata. Petrus yang adalah orang Yahudi, tentu terbiasa dengan praktik hidup saleh dengan tatanan dan peraturan yang berasal dari hukum Taurat. Bahkan aturan itu tidak jarang diterapkan secara “saklek”, salah satunya adalah larangan untuk tidak bergaul dengan orang yang bukan Yahudi: “kafir”. Namun pertemuannya dengan Kornelius, seorang yang bukan Yahudi namun memiliki kedermawanan, kesalehan dan ketaatan kepada Allah, menjadi pengalaman penting. Dalam penghayatan Petrus, sikap untuk tidak membedakan orang ditegaskan dalam pengalaman serta pesan yang diterimanya dari Allah untuk tidak lagi bersikap diskriminatif. Karena tampak jelas, bahwa setiap orang memiliki peluang dan kesempatan yang sama untuk melakukan kehendak Allah.

Di sinilah persis tantangan untuk menjadi penggerak sebagaimana dinyatakan dalam penghayatan HUT GKJ Baki kali ini tampak jelas. Belajar dari sikap Petrus, kita diingatkan bahwa keragaman sebagai keniscayaan bukan lantas menjadi persoalan. Justru dari keragaman itu ada peluang di mana kasih Allah dinyatakan secara beragam pula. Mengingat bahwa konteks tempat kita bermukim ini, marak terjadi upaya untuk saling membenci, memusuhi dan menghancurkan satu sama lain. Kita harus selalu menyadari adanya fakta bahwa perbedaan merupakan keniscayaan. Bahkan semakin luas, perbedaan dan keragaman itu dapat kita temukan secara nyata dalam keseharian terdekat kita: perbedaan pola pikir, perbedaan usia, hingga perbedaan pola spiritualitas. Berkaca dari refleksi Petrus, pemahaman bahwa Allah tidak membedakan orang bukan berarti mengharuskan keseragaman. Melainkan Allah memberi ruang bagi siapa saja untuk turut melakukan karya dalam nama-Nya. Artinya, kesamaan di mata Allah ada pada keterbukaan bagi setiap orang yang percaya untuk berkontribusi.

Dari sekilas catatan sejarah, GKJ Baki patut bersyukur karena ia lahir dari keberagaman dan selalu akan memiliki daya dari keberagaman itu. Maka kini, tantangan terbesar kita adalah mengarahkan daya dari keberagaman yang ada, untuk melakukan tugas panggilan sebagai gereja yang dewasa yang hidup dalam konteks yang terus berkembang. Bertolak dari tugas panggilan gereja untuk [1] Mewartakan kabar penyelamatan Allah (Injil), dan [2] Memelihara iman sebagai orang percaya, ada banyak tantangan yang tidak mudah. Seiring perkembangan zaman dengan segala dinamikanya, kesediaan untuk merespon dalam keterbukaan dan kerendahan hati sebagaimana diteladankan Petrus merupakan sikap yang diperlukan. Alih-alih menutup diri, Petrus justru memiliki semangat untuk melibatkan diri dalam relasi yang baik dengan orang lain untuk bersama-sama mewartakan keselamatan Allah. Hal yang senada pun patut menjadi perhatian kita, apabila kita menengok ke belakang dan mendapati bahwa GKJ Baki pernah terlibat aktif dalam karya misi yang bermanfaat bagi masyarakat, saat ini keterlibatan itu menjadi panggilan yang fundamental. Bahwa GKJ Baki beserta seluruh warganya dapat menjadi penggerak yang berdampak dan bermanfaat bagi semua ciptaan.

Pengurus

Panitia HUT

Kegiatan

Panitia HUT

Panitia HUT, kegiatan, Perayaan HUT GKJ Baki ke-60, gereja kristen jawa, gkj, gkj baki, gereja kristen jawa baki, baki, sukoharjo, gkj klasis sukoharjo, klasis sukoharjo, klasis, sinode gkj, sinode

09 Apr 2023

17:00 - 19:00

GKJ Baki Induk

Perayaan HUT GKJ Baki ke-60

Rangkaian kegiatan puncak dalam rangka memperingati HUT GKJ Baki ke-60 adalah perayaan Hari Ulang Tahun GKJ Baki ta ...

Baca Selengkapnya
Panitia HUT, kegiatan, Donor Darah, gereja kristen jawa, gkj, gkj baki, gereja kristen jawa baki, baki, sukoharjo, gkj klasis sukoharjo, klasis sukoharjo, klasis, sinode gkj, sinode

07 Apr 2023

10:00 - 12:30

Gd. Magdalena GKJ Baki

Donor Darah

Rangkaian kegiatan keempat dalam rangka memperingati HUT GKJ Baki ke-60, diadakan donor darah oleh jemaat GKJ Baki, be ...

Baca Selengkapnya
Panitia HUT, kegiatan, Seminar Etika Bermedia Sosial, gereja kristen jawa, gkj, gkj baki, gereja kristen jawa baki, baki, sukoharjo, gkj klasis sukoharjo, klasis sukoharjo, klasis, sinode gkj, sinode

02 Apr 2023

11:00 - 14:00

GKJ Baki Induk

Seminar Etika Bermedia Sosial

Rangkaian kegiatan ketiga dalam rangka memperingati HUT GKJ Baki ke-60, diadakan seminar dengan tema "ETIKA BERMEDIA S ...

Baca Selengkapnya
Panitia HUT, kegiatan, Cek Kesehatan untuk Lansia, gereja kristen jawa, gkj, gkj baki, gereja kristen jawa baki, baki, sukoharjo, gkj klasis sukoharjo, klasis sukoharjo, klasis, sinode gkj, sinode

26 Mar 2023

10:30 - 12:30

Gd. Magdalena GKJ Baki

Cek Kesehatan untuk Lansia

Rangkaian kegiatan kedua dalam rangka memperingati HUT GKJ Baki ke-60, diadakan pengecekan kesehatan untuk Lansia jema ...

Baca Selengkapnya
kebaktian, kebaktian online, live streaming, gereja kristen jawa, gkj, gkj baki, gereja kristen jawa baki, baki, sukoharjo, gkj klasis sukoharjo, klasis sukoharjo, klasis, sinode gkj, sinode