(0271) 625546
04 Agustus 2024
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanahku yang kucintai
Engkau kuhargai
Di atas adalah lagu Tanah Airku ciptaan Ibu Sud. Jika dinyanyikan dan dihayati, lagu ini memberi gambaran tentang seseorang yang sangat cinta dengan tanah airnya, Indonesia. Suasana nyaman di tanah air selalu terkenang dan selalu membuatnya ingin pulang walaupun sudah pergi jauh. Tanah air Indonesia dengan keanekaragaman di dalamnya ibarat kata seperti taman bunga warna-warni yang nyaman dan membuat betah. Ngangeni kalau kata orang Jawa. Namun kenyataan sering kali berbeda, kenyamanan dirusak oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab karena hanya memikirkan golongan/kepentingannya sendiri. Korupsi, pembunuhan, kerusuhan, tawuran, begal, dll membuat orang tidak nyaman di negeri sendiri. Melihat situasi ini, kita disadarkan untuk tidak diam saja. Kita adalah warga Indonesia, bagian dari Indonesia. Dan sekarang Indonesia butuh peran serta kita untuk menjaga keutuhan NKRI tercinta ini.
Setiap orang sedang berjuang dengan pergumulan masing-masing. Terkadang secara tidak sadar kita terlalu bersemangat untuk memperjuangkan hidup kita sendiri dan lupa jika ada hal lain yang juga harus diperhatikan. Melalui bacaan Injil, Tuhan Yesus mengingatkan bahwa kehidupan manusia bukan hanya tentang perut kenyang. Yang penting bekerja dapat penghasilan, yang penting kebutuhan tercukupi. Selesai. Bukan demikian. Tuhan menghendaki agar kita tidak hanya bekerja untuk bertahan hidup tetapi juga bekerja untuk merawat hidup kekal yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Tuhan menghendaki agar kita tak hanya sekedar hidup tetapi hidup kita juga menjadi hidup yang berkenan di hadapan Tuhan sehingga memberi hidup bagi yang lain. Bekerja memang penting tetapi jangan sampai mengabaikan ajaran dan kasih Tuhan. Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yoh. 6:29). Selain memenuhi kebutuhan hidup, Tuhan menghendaki kita untuk percaya kepadaNya. Tidak hanya mencari makan tetapi juga mencari Tuhan. Tuhan adalah Roti Hidup yang menjadi sumber kekuatan bagi jiwa kita untuk menjalani kehidupan dan memperoleh hidup kekal. Yang perlu kita lakukan adalah mempercayakan diri kita kepada Sang Roti Hidup dan membagikan Roti Hidup ini kepada orang lain supaya lebih banyak orang dipuaskan dan diselamatkan.
Semangat memberi hidup dengan mewartakan Roti Hidup inilah yang seharusnya berkobar dalam kehidupan sehari-hari kita. Namun kenyataannya, untuk membangun kehidupan bersama menjadi kehidupan yang damai dan nyaman tidaklah mudah. Ada saatnya tergoda untuk mementingkan kelompok/keinginan sendiri sehingga merusak relasi, ada yang melukai dan dilukai. Daud juga pernah melakukannya. Daud tidak hanya mengambil Batsyeba tetapi juga membunuh Uria, suami Batsyeba. Namun dengan kasihNya, Tuhan menegur Daud melalui Natan. Natan menegur melalui kisah si kaya dan si miskin (2 Sam, 12:1-4). Daud merasa si kaya perlu dihukum mati dan domba si miskin diganti 4 kali lipat. Tapi ternyata si kaya menggambarkan Daud. Teguran ini menyadarkan Daud bahwa apa yang dilakukannya adalah jahat dan kekejian di mata Tuhan. Daud sangat menyesal dan menyatakan pertobatan seperti dalam Mazmur 51. Daud mengakui kesalahan, merasa dirinya kotor oleh dosa dan memerlukan pentahiran dari Tuhan. Daud juga berjanji untuk menjadi saksi jalan kebenaran, supaya orang lain yang berdosa dapat berbalik pada Allah. Teguran Nabi Natan membawa kehidupan baru bagi Daud. Membangun kembali kehidupannya walau ada konsekuensi yang tetap harus Daud terima.
Surat Efesus 4 mengingatkan kita bahwa masing-masing kita telah dianugerahi karunia menurut ukuran pemberian Kristus (Ef. 4:7). Karunia yang berbeda ini bukan untuk diperbandingkan, bukan untuk mencari pemenang siapa yang terbaik. Perbedaan itu justru untuk saling mendukung. Paulus memberikan analogi “kesatuan tubuh”, dengan Kristus sebagai Kepala dan orang percaya sebagai tubuh. Kristus sebagai kepala bertugas memerintah dan menggerakan seluruh tubuh itu. Tubuh ada bagian dan fungsinya masing- masing, tetapi semua digerakan oleh dan untuk tujuan yang sama yaitu kemuliaan Kristus. Bahkan Kristus sendiri yang akan memperlengkapi sehingga tubuh Kristus terbangun dan kita memiliki kedewasaan dalam pemahaman yang benar (ay. 11-14).
Keanekaragaman yang ada di Indonesia merupakan sebuah kekayaan sekaligus tantangan bagi kita. Dalam keanekaragaman kepentingan sering kali membuat orang/kelompok menjadi egois, mementingkan kepentingannya sendiri tanpa peduli yang lain tersakiti. Seringkali orang/kelompok menyombongkan karunia/ kekuatannya dan memandang rendah yang lain. Ketidakpedulian semacam ini yang merusak keindahan persatuan Indonesia. Semangat memberi hidup perlu ditanam dalam diri kita supaya kita punya kontrol untuk tidak merusak kehidupan karena kita telah menerima Roti Hidup yang memuaskan dan menyejahterakan.
Saat ini giliran kita yang berperan untuk membagikan roti ini kepada orang lain dengan menghadirkan kasih Allah dalam kehidupan bersama. untuk dapat mewujudkannya dibutuhkan kesatuan roh. Saling rendah hati, lemah lembut, sabar, saling membantu (ay. 2). Menyadari bahwa setiap orang/kelompok punya karunia/ kekuatan yang bisa saling melengkapi untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik. Mari isi kemerdekaan dengan saling memberi hidup, menghadirkan kasih, dan tidak saling egois. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika kiranya menjadi semangat yang mempersatukan dan membuat Indonesia menjadi taman bunga yang indah, nyaman, aman, dan ngangeni! Sehingga Indonesia menjadi tanah air yang tidak akan kita lupakan karena di rumah, tempat kita pulang. Amin.