(0271) 625546

gkjbaki@gmail.com

Renungan Ibadah

12 Maret 2023

renungan Ibadah, Pra-Paskah 3 : Persahabatan Bukan Permusuhan, LPP Sinode GKJ dan GKI SW Jateng, gereja kristen jawa, gkj, gkj baki, gereja kristen jawa baki, baki, sukoharjo, gkj klasis sukoharjo, klasis sukoharjo, klasis, sinode gkj, sinode

Pra-Paskah 3 : Persahabatan Bukan Permusuhan

Bacaan Alkitab :

  • Keluaran 17 : 1-7
  • Mazmur 95
  • Roma 5 : 1-11
  • Yohanes 4 : 5-21; 34-42

Bahan Renungan :

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,
Salah satu kebutuhan manusia adalah hadirnya teman atau sahabat dalam hidupnya. Menurut Rebbeca Chopp, teman atau sahabat adalah orang yang dengannya kita berbicara tentang kebenaran dan bersamanya kita bisa mewujudkan mimpi bersama.

Persahabatan merupakan sebuah metafora yang dipakai untuk menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan. Persahabatan kita dengan Tuhan dan dengan orang lain mengandung pengertian keintiman emosional yang kita perlukan, dimana kita bisa jujur mendengarkan dan bercerita tentang diri kita. Persahabatan juga berarti mutualitas, pengasuhan, kepercayaan, dan apresiasi terhadap semua kebajikan dari sahabat kita dalam ketersalingan satu sama lain.

Persahabatan yang indah mewujud dalam kasih yang saling memberi dan menerima. Persahabatan sejati tidak menolak keunikan, bukan memaksakan semua jadi homogen, ataupun menghendaki hirarki dan kedudukan tertentu. Persahabatan menghantar kita menuju peradaban kehidupan yang lebih bermartabat dengan memanusiakan manusia.

Itulah gambaran ideal persahabatan yang harusnya terjadi. Namun tak dapat dipungkiri dengan perkembangan budaya masyarakat yang makin individualistik dan adanya perubahan-perubahan yang cepat, banyak orang kehilangan perasaan menjadi bagian dari suatu komunitas. Sehingga mulai enggan berbagi dengan sesama. Masing-masing orang menjadi egois, saling curiga, mudah memberikan stigma, cara pandang yang sempit terhadap pihak lain, pola pikir lawan-kawan dst.

Inilah yang akan kita renungkan bersama di tengah kehidupan kita. Dahulu kita banyak mendengarkan tuturan positif tentang Indonesia. Kehidupan bersama sebagai bangsa dijalani dengan guyub rukun. Mengapa sekarang santer terdengar adanya sikap-sikap diskriminatif, kekerasan atas dasar SARA? Tentu ada yang perlu kita benahi bersama.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,
Di Minggu pra paska ketiga ini, pesan untuk membangun kehidupan dalam persahabatan digemakan. Mari membangun kehidupan yang guyub rukun.

Bacaan kita hari ini menyampaikan kabar gembira bahwa manusia harus bersolidaritas dan bersahabat. Kisah percakapan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria menjadi babak baru bagaimana Tuhan hadir untuk memulihkan relasi persahabatan antara orang Yahudi dan orang Samaria. Di antara dua suku itu permusuhan terjadi dan berlangsung ratusan tahun, turun-temurun. Hal itu terlihat dalam ayat 9. Narasi-narasi tentang permusuhan, kebencian begitu kuat sehingga memutus persaudaraan. Perjumpaan di sumur Yakub sebagai ruang publik sekaligus menolong ingatan akan masa lampau (memoria pasionis) kesejarahan dari nenek moyang yang sama menjadi momentum untuk merekonstruksi relasi yang selama ini rusak supaya dipulihkan. Kesediaan Tuhan Yesus mampir untuk bercakap dan meminta air yang ditimba oleh perempuan Samaria menghantar pada dialog yang berkualitas penuh makna. Dari dialog itu tumbuhlah pemahaman baru tentang arti kehadiran Mesias yang datang untuk memulihkan dan mau bersahabat dengan manusia. Mesias itu memberikan ruang bagi manusia untuk dapat mencipta ulang dirinya, merayakan hidup penuh damai dalam semangat persahabatan dan persaudaraan dengan siapapun yang melintasi batasan ras, suku, golongan agama dan keyakinan yang ada.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Percakapan antara Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria merupakan perjumpaan yang mengubahkan relasi persahabatan ke arah yang lebih baik. Bagaimana dengan relita keseharian kita? Tak jarang untuk menjaga persahabatan dalam relasi kasih tidak mudah. Ada banyak tantangan. Hal itu seperti yang dijumpai dalam bacaan Kejadian dan Mazmur hari ini. Manusia perlu mendapat peringatan tentang bagaimana hidup berelasi dalam kasih persahabatan. Sering kali katidakmampuan mengelola emosi diri menjadi pemicu lahirnya konflik. Ini bisa kita lihat dari pertengkaran antara Musa dan umat Israel dalam perjalanan di padang gurun. Pertengkaran itu dipicu karena tidak adanya air di tempat persinggahan. Hal itu mendorong munculnya sikap emosional yang berpengaruh kepada ketidak percayaan akan penyertaan Tuhan dan juga pada kepemimpinan Musa. Dalam pertengkaran itu mereka saling mempersalahkan. Ungkapan-ungkapan kekecewaan dan kemarahan diluapkan. Musa berseru kepada Tuhan agar pertengkaran berhenti. Dengan berseru kepada Tuhan ia menjernihkan suasana dan menghantar umat kepada keyakinannya kembali bahwa Tuhan. Ia adalah Allah yang beserta dan memelihara kehidupan umat-Nya sejak umat berada di Mesir hingga pembebasan menuju tanah perjanjian. Tindakan Allah yang memelihara tetap dilakukan-Nya. Saat mereka tidak memiliki air, Allah memberikan. Musa diminta memukulkan tongkat yang dulu pernah digunakan untuk memukul sungai Nil pada sebuah batu. Dari balik batu itu akan keluar air untuk diminum. Kisah ini mengingatkan kita agar mewasapadai emosi-emosi perusak persahabatan. Mengedepankan sikap emosional akan membajak rasionalitas manusia. Hal itu menimbulkan konflik, pertengkaran bahkan kekerasan yang merusak persahabatan.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Melalui surat dari Rasul Paulus kepada jemaat Roma umat, kita diingatkan untuk mengedepankan sikap kerendahan hati dalam relasi bersama. Dengan demikian, umat dimampukan untuk terus mengupayakan hidup dalam damai, membangun persahabatan yang mesra layaknya Tuhan yang juga begitu menerima dan mengampuni manusia.

Sebagai pengikut Tuhan Yesus, apa yang bisa kita lakukan agar hidup bersama dijalani dengan semangat persahabatan, bukan permusuhan? Berikut ini langkah-langkah kita:

  1. Berhenti bersikap eksklusif. Sikap ekslusif sebagai perasaan diri yang paling suci, paling benar, paling hebat, dan menganggap yang lain rendah, sesat, tidak tepat. Usaha untuk terhindar dari ekslusifisme adalah dengan menjaga kesucian, kemurnian, kebenaran dalam relasi bersama semua orang. Kehadiran diri sebagai pembawa berita sukacita bagi sesama harus dimulai dengan persahabatan bukan dengan kekuasaan, bukan dengan kekerasan apalagi pemaksaan.
  2. Tebarlah benih-benih kebajikan melalui keramah-tamahan di semua bidang kehidupan. Jadilah pelopor untuk memulihkan relasi-relasi persahabatan-kehidupan yang telah rusak akibat dosa. Ada aneka dosa yang merusak kehidupan bersama seperti korupsi, kekerasan, pelecehan, penghinaan, ketidak adilan, kebencian, diskriminasi, permusuhan. Teruslah berjuang melawan dosa serta menghadirkan damai di manapun, dan kapanpun. Jadilah berkat bagi semua.
  3. Hormati dan perjuangkan penerimaan terhadap keberagaman yang ada di sekitar baik perbedaan agama, ras, golongan, status sosial. Kebhinekaan yang ada adalah kekakayaan. Keberagaman adalah pesona yang menakjubkan. Alangkah indahnya jika kehadiran kita merayakan keberagaman diwujudkan dengan wajah senyuman Tuhan yang terpancar dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Konsep tentang “yang berbeda atau yang berlainan” dengan kita adalah lawan atau musuh harus dihapus dari cara pandang kita. Kehidupan di luar komunitas kita bukanlah musuh. Kita tidak punya musuh. Semua adalah sahabat. Dalam hidup, ada tantangan dan persoalan yang perlu ditanggulangi dan dipecahkan bersama. Persoalan itu harus diatasi bersama. Keruwetan hidup dengan segala gejolak sosial yang ada diselesaikan dengan penuh senyum, penuh persahabatan, siap memahami, bukan dengan mata yang melotot dan kutukan-kutakan menjelekan yang lain.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Pada Minggu pra-paska ke tiga ini, firman Tuhan mengajak kita untuk mengikut teladan Tuhan Yesus. Mari membangun komunitas persahabatan layaknya Tuhan Yesus. Lakukan dari lingkup terdekat kita. Dengan bergandengan tangan saling bersolidaritas kita yakin akan meraih kehidupan bersama yang lebih baik. Seperti kutipan Kidung dalam yang menginspirasi indahnya seduluran yang rukun dan guyub berikut ini:

ENDAHING SADULURAN KPJ 357:1

Éndahing saduluran manut rehing Pangéran,
Sami déné ngajeni wah mbiyantoni.
Nadyan béda agama wah béda golongannya,
Tunggal rasa, pambekan, pri kamanungsan.

Reff:
Kluwung pindhanya, éndahing warna,
nyawiji mbangun urip kang adya,
tentrem raharja.
(dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=9yvyYwKTgKs)

Dalam bahasa Indonesia, nyanyian itu kurang lebih berarti demikian:
Indahnya persaudaraan sesuai kehendak Tuhan
Saling menghargai dan membantu
Meskipun berbeda agama dan golongan
Satu rasa untuk kemanusiaan

Refr.:
Pelangi yang menampakan keindahan warnanya
bersama membangun kehidupan yang adil, tenteram, makmur

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Mari bersahabat, bukan bermusuhan. Lakukan teladan Tuhan Yesus dan alami kehidupan bersama yang berpengharapan.

kebaktian, kebaktian online, live streaming, gereja kristen jawa, gkj, gkj baki, gereja kristen jawa baki, baki, sukoharjo, gkj klasis sukoharjo, klasis sukoharjo, klasis, sinode gkj, sinode