(0271) 625546

gkjbaki@gmail.com

Renungan Ibadah

06 April 2023

renungan Ibadah, Kamis Suci : Mencintai Hingga Akhir, LPP Sinode GKJ dan GKI SW Jateng, gereja kristen jawa, gkj, gkj baki, gereja kristen jawa baki, baki, sukoharjo, gkj klasis sukoharjo, klasis sukoharjo, klasis, sinode gkj, sinode

Kamis Suci : Mencintai Hingga Akhir

Bacaan Alkitab :

  • Keluaran 12 : 1-14
  • Mazmur 116 : 1-2; 12-19
  • 1 Korintus 11 : 23-26
  • Yohanes 13:1-17, 31-35

Bahan Renungan :

Jemaat yang dimuliakan Tuhan,
Dalam hidup sehari-hari, bisa jadi ada sesuatu yang dianggap biasa oleh seseorang, namun bagi orang lain ternyata tidak. Dalam peristiwa perjamuan malam terakhir antara Tuhan Yesus dengan murid-murid-Nya hal itu terjadi. Di mata para murid perjamuan malam itu terkesan biasa. Namun bagi Tuhan Yesus, perjamuan malam itu bukan makan malam biasa. Jika teks hari ini dibaca dalam “ilmu jiwa”, sangat mungkin bila di dalam batin dan ke-Ilahian Sang Guru berkecamuk perasaan yang tidak biasa, sulit dijelaskan dalam bahasa manusia. Ia sedang mempersiapkan diri-Nya untuk menghadapi akhir hidup-Nya di dunia. Pada saat yang sama, sembari menanggung perasaan-perasaan berat itu Ia harus mempersiapkan hati mereka yang dikasihi-Nya. Dalam hikmat Sang Guru, timing makan malam itu penuh makna, haru dan tepat, sebab esok harinya (hari Jumat) adalah hari dimana korban sejati untuk peringatan Paska akan disembelih dan dipersembahkan di bait Allah.

Malam itu adalah malam istimewa, malam yang terletak di antara orang banyak yang bersorak "Hosana! Hosana! Hosana!" dan teriakan “Salibkan Dia! Salibkan Dia”. Beberapa hari sebelumnya massa berkumpul menyambut Dia bak raja mulia. Mereka meluapkan kegembiraan dengan suara yang bising. Hari itu berbeda dengan hari ini. Pada Kamis malam Yesus mengambil jarak dari keramaian, kebisingan orang banyak untuk makan malam dengan murid-murid-Nya. Pada momen itu Ia memberikan sebuah perintah. Itulah mengapa Kamis malam itu kemudian diperingati sebagai Maundy Thursday yang sebenarnya berasal dari kata Latin mandatum, yang berarti "perintah".

Makan malam yang tadinya biasa, menjadi berbeda sebab dilakukan dengan pembasuhan kaki para murid dan pemberian perintah untuk saling mengasihi. Di tengah makan bersama, Yesus menanggalkan pakaian terluarnya. Yang tertinggal hanya “tunic”. Dalam Bahasa Indonesia sulit untuk mendapatkan padanan kata ini. Namun, pakaian ini sebenarnya adalah busana yang akan dikenakan oleh para pelayan/hamba. Dia bangkit dari tempatnya lalu menyimpuhkan diri di hadapan para murid. Ia meminta murid-murid untuk “membiarkan” diri-Nya membasuh kaki mereka.

Saudara, bayangkanlah perubahan emosi dan aura ruangan itu. Yesus ingin mereka memahami kedalaman tindakan-Nya sebagaimana tuturan: "Sama seperti Aku telah mengasihi kamu." Sekarang sebenarnya, pertanyaannya adalah: bagaimana Yesus mengasihi mereka? Dalam Yohanes 13:1, Yohanes menulis, "Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya." Pernyataan itu dapat diterjemahkan, "Dia mencintai mereka sepenuhnya, semaksimal mungkin." Ini bukan pernyataan tentang waktu namun lebih ke pernyataan tentang kedalaman relasi. Tentang seberapa jauh cinta itu akan benar-benar menjangkau kehidupan seseorang. Di tengah semua hiruk-pikuk peristiwa hari-malam-itu, makan malam yang dilakukan Yesus dan para murid-Nya menjadi waktu perhentian sejenak bagi mereka. Waktu untuk menyampaikan pesan mengasihi kepada mereka.

Saudara, inti pesan dari ayat 1-5 hari ini menunjukkan pada kita bahwa Dia menjadi seorang pelayan. Tindakan simbolik mengganti pakaian menunjukkan bahwa Dia benar-benar menjadi pelayan. Jika kita cermati dari kehidupan sehari-hari, akan tampak apa bedanya menjadi seorang pelayan dan melayani. Ketika seseorang memilih untuk melayani, itu hal yang baik, namun pada akhirnya seseorang bisa memutuskan siapa yang akan dilayani dan kapan akan melayani. Seringkali, seseorang membuat pilihan itu ketika dianggap menguntungkan. Ketika yang dilakukan itu membuat seseorang terlihat baik dan membuat seseorang dapat memegang kendali, semua akan dikerjakan dengan semangat. Ketika semua yang dilakukan tidak lagi dianggap menguntungkan, semua akan ditinggalkan. Namun ketika seseorang menjadi pelayan, tindakan melayani benar-benar menjadi cara hidup. Pilihan itu membuatnya dapat melepaskan kebutuhan untuk memegang kendali atau pengakuan, kebutuhan untuk mendapatkan apa pun dari mereka yang dilayani. “Sekotor” apapun “kaki” dari yang dilayani, seorang pelayan bersedia untuk “membasuhnya.”

Yesus tahu bahwa di masa yang akan datang tidak mudah bagi murid-murid-Nya dalam menjalankan perutusan. Mandat yang diberikan-Nya akan membuat mereka mengingat momen ini. Mereka akan tahu bahwa mereka dicintai dalam level tertinggi. Mereka akan dipanggil untuk pergi ke dunia seperti domba di antara serigala. Di tengah ancaman-ancaman itu mereka harus tetap mencintai yang tidak menuntut dicintai. Tuhan Yesus tahu bahwa mereka membutuhkan momen ini, momen yang akan menguatkan mereka. Dengan mengikut perintah Yesus – Sang Guru, murid-murid akan mempunyai kapasitas untuk mencintai sepenuhnya karena mereka tahu bahwa mereka sangat dicintai dengan cinta yang luar biasa, cinta yang total.

Saudaraku, meski Tuhan Yesus mencinta dengan total, ternyata tidak semua yang dicintai menerima-Nya. Di ruangan bersama Yesus pada malam itu, ada hati yang penuh kontradiksi. Ada hati merencanakan kejahatan besar. Ada pula yang akan menyangkal dari-Nya. Mungkin inilah sebabnya, sehingga ketika giliran Petrus hendak dibasuh, dia menolak pembasuhan itu. Dia berkata, "Engkau tidak akan membasuh kakiku …." Petrus merasa heran dengan tindakan Yesus. Ia tidak bisa menerima guru yang dihormati membasuh kakinya dan kaki murid-murid lainnya. Petrus tidak memahami maksud Yesus. Yesus mengatakan bahwa kelak ia akan mengerti meskipun saat ini ia belum mampu menangkap maksud gurunya. Sekalipun Yesus mengatakan “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam aku”, Petrus masih belum memahami. Karena itu ia mengatakan pada Yesus supaya bukan hanya membasuh kakinya, namun tangan dan kepalanya juga.

Meski Petrus adalah orang yang dekat dengan Yesus, ternyata ia tidak menangkap maksud Yesus dengan baik. Hal itu terjadi karena sikap posesif dalam diri Petrus begitu kuat. Posesif adalah sifat merasa memiliki berlebihan hingga takut merasa kehilangan. Petrus takut kehilangan kemapanannya bersama Yesus. Ia tidak memperhatikan gerak Yesus yang melepas jubah dan menggantinya dengan kain lenan sebagai bentuk tindakan Yesus menanggalkan kenyamanan-Nya demi mereka yang dikasihi-Nya. Apa yang terjadi pada Petrus itu merupakan realita keseharian. Banyak orang yang dekat secara fisik, namun perasaannya jauh di hati. Realita ini juga tampak dari pernyataan Tuhan Yesus,”Tidak semua bersih”. Meskipun Yudas sudah menerima karunia pembasuhan, tindakan itu tidak cukup untuk membuatnya bersih karena ia menolak karunia spiritual Yesus. Apa yang terjadi pada Yudas itu sejatinya merupakan realita kehidupan bersama Yesus. Ada yang dekat degan-Nya, namun hatinya jauh dari Dia dan selanjutnya meninggalkan Dia. Pertanyaan lanjutan yang dapat dikembangkan oleh penafsir adalah: mungkinkah Petrus tidak nyaman ketika dikasihi?

Saudara, Kamis Putih ini mengingatkan bahwa saudara begitu dicintai-Nya. Ia tidak berkeberatan “membasuh kaki” Saudara. Karena itu ikuti perintah Tuhan. Pergilah dan perlakukanlah satu sama lain dengan kasih yang total. Kasih bagi sesama menjadi lebih penting daripada kepentingan kita sendiri. Milikilah kehidupan pribadi dan kehidupan komunitas yang meniru kehidupan Yesus. Dengan meniru Dia, memperlakukan satu sama lain dengan kasih tidak akan menjadi sulit. “Sebising” apapun hidupmu, jadilah “pelayan”. Peganglah mandat Tuhan Yesus.

Lihat, Ia menatap kematian-Nya di esok hari. Luka hati-Nya menganga melihat manusia yang dikasihi-Nya tak ingin hidup sesuai isi hati-Nya. Manusia tetap dalam kobangan dosa, berkhianat, saling membenci, saling melukai. Sambil menanggung lukanya itu, Ia “membalut” luka-luka, hati-hati, perasaan-perasaan, hidup-hidup yang telah rusak di hadapan-Nya dengan kasih.

Saudara, rasakanlah tangan lembut Tuhan Yesus, yang mau “membasuh dan membalut” Saudara, supaya Saudara mampu menjadi pribadi yang pulih, penuh kasih, cinta damai dan hikmat, bertobat, mengusahakan kebaikan dan keadilan, perekat relasi, dan tulus. Tuhan akan terus mencintai, mengasihi Saudara sampai akhir. Saat ini Dia sedang “bersimpuh” menunggu Saudara memberikan “kaki” Saudara untuk dibasuh-Nya. Apakah jawabmu Saudara? Amin.

kebaktian, kebaktian online, live streaming, gereja kristen jawa, gkj, gkj baki, gereja kristen jawa baki, baki, sukoharjo, gkj klasis sukoharjo, klasis sukoharjo, klasis, sinode gkj, sinode