(0271) 625546
07 April 2023
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menuburkan mayat. (Yohanes 19: 40)
Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus adalah tokoh yang unik dalam Injil Yohanes. Dua nama tersebut muncul salah satunya secara khusus dalam perikop yang berkisah tentang penguburan Yesus. Mengapa keduanya unik? Karena dapat dikatakan bahwa kedua orang ini bukanlah orang sembarangan. Beberapa informasi menyebutkan bahwa Yusuf adalah seorang anggota Sanhendrin, atau Mahkamah Agama Yahudi. Di dalam teks hanya ada keterangan bahwa ia adalah murid yang “diam-diam” dalam mengikut Yesus. Sementara Nikodemus, yang beberapa kali muncul dalam Injil Yohanes adalah orang Farisi, atau tokoh agama yang dihormati masyarakat. Beberapa tafsiran juga menyebut bahwa Nikodemus pun memiliki kedekatan dengan institusi Mahkamah Agama Yahudi, karena ada bagian kisah Injil Yohanes yang mengungkap Nikodemus pernah membela Yesus terhadap para imam (Yoh 7: 50)
Kedua tokoh ini rupanya memiliki sikap yang berbeda dari anggota Mahkamah lainnya. Tetapi, meskipun sebenarnya mereka tidak setuju terhadap hukuman mati atas Yesus, mereka tidak punya kekuatan yang cukup untuk mencegahnya. Dan sebagai orang-orang yang memiliki kedudukan penting di dalam masyarakat, sikap mereka untuk menentang keputusan Mahkamah malah bisa membahayakan dirinya. Maka bisa dipahami bila dikatakan juga bila Yusuf takut kepada orang Yahudi. Dan jika dibandingkan dengan dua belas murid yang menyertai Yesus, Yusuf dan Nikodemus bukanlah yang terang-terangan menunjukkan imannya it muka umum.
Tetapi, belakangan kita tahu bahwa setelah kematian Yesus, kedua orang itulah yang berperan banyak untuk menguburkan Yesus. Bahkan Yusuf, berani meminta sendiri kepada Pilatus dan memberikan makam pribadi untuk menguburkan Yesus. Nikodemus pun membantu dengan mengurusi jenazah Yesus secara layak. Tidak bisa dibayankan seandainya tidak ada mereka. Sebab, orang yang dihukum salib tidak selalu bisa dimakamkan tanpa ijin penguasa. Bisa saja jenazah tergantung beberapa hari di kayu salib, atau bahkan tidak diturunkan. Belum lagi stigma umum bagi orang Yahudi, jenazah yang mati di gantung salib dianggap terkutuk dan tidak selalu ada orang yang mau mengurusnya. Maka, jika tidak saat itu juga diturunkan, jenazah Yesus tidak akan bisa dimakamkan, terlebih karena hari itu hampir sabat dan orang-orang Yahudi harus mempersiapkan Paskah.
Dalam hal ini, Yusuf dan Nikodemus melakukan perannya dengan baik. Memang mereka tidak tampak sebagai murid yang selalu tampil dan banyak terlihat mengikuti Yesus dengan setia, sebab mereka penakut. Namun kali ini mereka melakukan perannya dengan proporsional. Sangat penting namun tidak berlebihan. Di saat orang lain tidak bisa atau tidak mau melakukan apa-apa, mereka melakukan sesuatu yang baik di saat yang tepat. Maka sebenarnya, ada banyak orang yang bisa mencontoh Yusuf dan Nikodemus belakangan ini. Sebab mungkin saja seperti mereka, tanpa disangka kita juga dipakai Tuhan untuk bertindak, untuk melakukan sesuatu di saat yang tepat, sesuai kemampuan yang kita miliki.
Pdt. Hizkia Fredo V., S.Si., M.Fil.