(0271) 625546
19 Juni 2023
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Menarik untuk dicermati kali ini pada bacaan kita bersaksi tentang perkembangan jemaat. Secara khusus kita dapat melihat bagaimana pengorganisasian gereja sudah di mulai. Sebagaimana hal itu tampak pada usaha untuk memberikan pelayanan yang merata, maka dipilihlah ketujuh orang yang khusus melakukan pelayanan kepada orang-orang miskin. Di sinilah pelayanan meja yang disebut diakonia (bahasa Yunani: diakoneo) mulai dipahami berdasarkan sebuah jabatan gerejawi yang secara khusus dipilih sebagai diaken.
Secara institusional, hal tersebut masih dihayati oleh gereja modern saat ini. Dalam praktik, jabatan diaken hanya dapat disandang oleh orang-orang yang secara khusus dipilih dan diteguhkan secara ritual. Hanya saja hal ini sering disalah-pahami, dengan anggapan bahwa hanya para diaken lah yang dapat melakukan pelayanan. Pelayanan lalu dimengerti secara terbatas sebagai sebuah pekerjaan institusional yang dilakukan oleh gereja dalam bentuk program-program resmi.
Sebagaimana dijelaskan dalam bacaan tadi, munculnya kebutuhan peran diaken dilatari oleh persoalan belum meratanya pelayanan, karena belum semua orang-orang miskin dan janda-janda terlayani. Demikianlah kemudian di antara ribuan orang yang ada, dipilihlah tujuh orang terbaik berdasarkan pilihan jemaat. Disebutkan di sana orang yang penuh Roh dan hikmat untuk melengkapi dan memastikan penyelenggaraan pelayanan meja. Dan kebutuhan akan peran ini bisa dimengerti dalam konteks bahwa waktu itu gereja mulai bertumbuh dengan anggota yang sangat banyak, dengan tipe-tipe orang yang berbeda, asal golongan dan bahasa yang berbeda juga. Di sinilah peran diaken dengan segala kapasitasnya sangat krusial dalam melengkapi kapasitas para rasul.
Dari sinilah kita mesti pahami, bahwa dalam tradisi gereja (khususnya GKJ) dua pelayanan utama gereja, yakni pelayanan firman dan pelayanan meja, harus berjalan secara serentak. Sebagaimana dalam teks kita dapati penjelasan bahwa para rasul pun menyatakan bahwa mereka tidak bisa melakukan seluruhnya sendiri, sehingga diperlukan dukungan dan kerja sama dengan jemaat untuk melakukan diakonia, yang kemudian terwujud dari terpilihnya jabatan diaken. Di sini perlu menjadi catatan, bahwa peran serta jemaat yang melakukan refleksi dan evaluasi atas pelayanan gereja begitu penting.
Demikian mengapa pelayanan gereja tetap menjadi tanggung jawab semua bagian yang ada di dalamnya. Baik para rasul yang mengajar dengan firman, diaken yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pelayanan meja, serta keikutsertaan umat untuk turut serta mendukung para pelaksana jabatan gerejawi. Semua harus bekerja sama demi terlaksananya semua tugas pelayanan yang sebagaimana mestinya harus dilakukan gereja.
Pdt. Hizkia Fredo V., S.Si., M.Fil.