(0271) 625546
03 Juli 2023
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Pada akhirnya Stefanus harus menghadapi konsekuensi terburuk dari kesaksian yang dilakukannya. Meski ia mengatakan segala pengetahuan yang benar, namun tidak semua orang memahami dan menerimanya. Malah para anggota Mahkamah Agama semakin membenci dan seketika membenarkan sebuah pembunuhan. Ya, mereka membunuh Stefanus dengan dalih agama untuk membenarkan kebencian. Tentang kekerasan yang dilandasi narasi agama sudah sangat sering kita dengar. Namun ada hal lain yang menarik dari bacaan kita kali ini. Yaitu tentang keteguhan hati Stefanus untuk mau bersaksi apapun konsekuensinya, dan kesediaannya dia untuk menanggung konsekuensi itu. Artinya, Stefanus sebenarnya sudah sangat paham akan resiko dari hal yang dia lakukan. Hal ini perlu kita cermati karena apa yang dilakukan Stefanus bukan hanya menjadi simbol keyakinan yang kosong.
Sebagaimana kita tahu dalam bacaan sebelumnya, bahwa Stefanus adalah satu dari ketujuh diaken yang dipilih secara khusus untuk menerima tugas atau jabatan dalam gereja. Hal ini bisa membantu kita untuk memahami sikap Stefanus. Pertama, bisa jadi Stefanus berusaha untuk mempertanggungjawabkan jabatan yang diembannya sebagai seorang pelayan jemaat. Apapun resikonya, seolah diterjangnya dengan keyakinan, yang bisa juga berarti nekat. Sikap ini bisa saja ditafsirkan sebagai kekonyolan karena ia bisa saja hal itu justru melakukannya atas dasar gengsi jabatan.
Namun yang kedua, di sisi lain, cara Stefanus dalam menghadapi kematiannya patut menjadi perenungan terkait komitmen iman. Bahwa tugas panggilan sebagai orang percaya tidak bisa begitu saja diletakkan dan diabaikan, termasuk ketika situasinya sangat berbahaya. Memang Stefanus bisa dikatakan kurang beruntung karena situasi yang dihadapinya adalah kekerasan dan kebencian para pembunuhnya. Tetapi setidaknya, kita bisa melihat bagaimana Stefanus berusaha memanfaatkan kesempatannya untuk tetap bersaksi. Bahkan di saat-saat terakhir menjelang kematiannya pun ia masih mau mengungkapkan sebuah kesaksian dengan permohonan pengampunan bagi orang yang menganiyaya dirinya.
Lalu apa poin pentingnya? Jelas bahwa peristiwa yang dialami Stefanus adalah tragedi yang tidak ingin dialami oleh banyak orang. Namun setidaknya dari sosok Stefanus, kita bisa melihat sebuah kesediaan untuk bertanggung jawab dan keteguhan untuk tetap melakukan kesaksian imannya di setiap kesempatan yang dimilikinya. Tentu saja memang tidak selalu semuanya terkait bertaruh nyawa untuk bersaksi di saat ini. Karena sebenarnya ada banyak ruang dan cara lain untuk bisa bersaksi. Termasuk melalui usaha bertindak sebaik mungkin berdasarkan tanggung jawab dan kemampuan yang sudah Tuhan beri kepada setiap kita.
Pdt. Hizkia Fredo V., S.Si., M.Fil.