(0271) 625546
10 Juli 2023
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Siapa sangka kehidupan bisa memiliki banyak wajah. Pada sisi tertentu, kehidupan begitu menyenangkan. Sementara di sisi lain, kehidupan bisa begitu mengerikan. Di satu sudutnya tampak terang, sementara di sudut lain lagi begitu gelap. Di suatu kondisi ada berbagai keadaan yang melegakan, di kondisi lainnya ada situasi yang menyesakkan. Dan masih ada banyak lagi rupa-rupa kehidupan yang sering kita temui dalam keseharian, semakin menegaskan bahwa kehidupan tidak pernah bisa dipahami hanya dari satu sudut pandang saja.
Demikianlah juga hidup beriman akan selalu diuji dalam perjumpaan dengan rupa-rupa kenyataan. Karena sering kali, berbagai kondisi sulit dalam kenyataan banyak memberi bantahan paling telak pada iman dan keyakinan. Bahkan hampir dapat dipastikan bahwa memang kehidupan manusia tidak pernah lurus-lurus dan tenang-tenang saja. Orang beriman di mana pun mengalami dinamika jatuh bangun ketika berhadap-hadapan dengan kenyataan yang selalu penuh dengan tantangan. Sejarah kehidupan orang-orang suci sekalipun sudah memberi bukti akan hal ini.
Setelah penganiayaan terhadap Stefanus, mulai berkembang praktik-praktik penindasan yang lebih brutal. Hal itu jelas berdampak pada keberadaan jemaat. Bila mengacu informasi dari teks sebelumnya, bisa dibayangkan bila ribuan orang jemaat yang semula dapat berkumpul dan hidup bersama itu, harus terpisah karena ancaman persekusi dan penganiayaan. Belum terlalu lama merasakan kenyamanan hidup dalam persekutuan, mereka sudah harus menghadapi penderitaan lain yang lebih kejam. Di sepanjang abad pertama, sejak pentakosta sampai pada masa teks-teks Injil ditulis antara tahun 50-100 Masehi, penderitaan orang kristen sangat terkenal di seluruh wilayah kekuasaan Romawi. Dalam catatan sejarah, mereka yang mengalami persekusi dan mati secara tragis tidaklah sedikit jumlahnya. Bahkan dalam perkembangnnya, tidak hanya orang Yahudi yang menganiaya mereka, namun juga kaisar yang berkuasa juga turut melakukan tindakan-tindakan yang kejam.
Namun di samping hal itu, rupanya ada fakta lain yang menarik juga untuk dicermati. Di balik kisah tentang penderitaan, tersiar juga kisah tentang persebaran yang masif dari kekristenan itu sendiri. Di saat penderitaan mengancam, namun di saat yang sama kekristenan justru berkembang pesat dan semakin banyak lah orang yang percaya. Hal inilah yang setidaknya memberi gambaran kepada kita tentang paradoks dari kehidupan iman orang percaya. Bahwa meski sedang dalam kondisi menderita, namun di saat yang sama ada dorongan bagi iman untuk semakin tumbuh.
Bacaan kita kali ini setidaknya memberi gambaran yang menegaskan hal tersebut. Meski harus tersebar dan hidup dalam kejaran penderitaan, para murid justru semakin mampu bersaksi, atas karunia Roh Kudus yang terwujud dalam berbagai macam karya. Semoga kita pun belajar, bahwa kesulitan-kesulitan dalam hidup jangan sampai membuat kita berhenti bertumbuh dan berkarya dalam iman.
Pdt. Hizkia Fredo V., S.Si., M.Fil.