(0271) 625546
31 Juli 2023
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Kisah pertobatan Saulus bermula ketika ia dengan semangat yang berkobar-kobar untuk mengancam dan membunuh para pengikut kristus, mendapat restunya dari para Imam. Dengan kata lain, ia mendapat peneguhan dari otoritas sekaligus pembenarannya secara hukum agama. Namun yang kita tahu, bahwa niat Saulus itu tidak terealisasi oleh karena pertemuan yang mengejutkan dengan Yesus di perjalanan ke Damsyik. Betapa tidak? Karena Saulus yang mendengar sapaan Yesus seketika menjadi buta dan kehilangan orientasi dan ambisinya.
Dalam beberapa tafsiran, kebutaan Saulus banyak dipahami sebagai ‘Balasan’ dari Tuhan, sehingga menjadi umum dimaknai bahwa Saulus bertobat karena dikalahkan oleh kuasa Yesus. Namun ada sebuah tafsiran alternatif yang menarik tentang hal ini, yang menjelaskan bahwa kebutaan yang dialami oleh Saulus adalah dampak dari pencerahan, yang terwujud dalam perubahan total dan radikal dalam hidupnya. Pengertian ini didasarkan pada gejala manusiawi dalam dimensi psikologisnya ketika secara tiba-tiba mengalami sebuah perubahan. Ada banyak macam reaksi natural dari tubuh dalam merespon perubahan. Mulai dari kegelisahan (gangguan konsentrasi) hingga gejala psikosomatik (sakit fisik; maag, diabetes, hipertensi, tifus, dll) yang dikarenakan stress karena perubahan yang tiba-tiba.
Dalam kasus Saulus, perubahan yang terjadi adalah dampak dari pencerahan dan keterpilihan yang diterimanya secara tiba-tiba. Analoginya, seperti ketika mata kita berhadapan dengan cahaya terang dengan tiba-tiba, maka mata kita bisa kehilangan fokus karena kilau dari cahaya tersebut. Dalam hal ini, kilau pencerahan itu cukup mengguncang hati dan jiwanya. Bahkan pencerahan itu mendorongnya untuk merubah sepenuhnya orientasi dan ambisinya. Dari sebelumnya berkobar hasrat untuk membunuh, kini ia harus kehilangan kekuatannya. Dari sikap yang arogan, kini harus merendah. Dari sikap yang angkuh, menjadi sepenuhnya berserah.
Dengan demikian, pertobatan bisa dipahami dalam arti yang lebih luas, bukan sekedar perubahan seseorang dari jahat menjadi baik. Namun pertobatan itu berarti berbalik arah dari ambisi dan kehendak personal kepada kehendak Tuhan. Hal ini bisa dialami oleh siapa saja yang dengan sengaja dipilih Tuhan. Hanya memang tidak semua orang siap, sehingga bisa saja mengalami goncangan, hingga menjadi buta, dalam arti kehilangan tujuan dan orientasi yang semula dikerjarnya. Dari pengalaman Saulus, kita dapat belajar bahwa tidak mudah untuk menerima kehendak Tuhan. Tetapi bersyukurlah siapa saja yang dipilih Tuhan untuk suatu tugas mulia, sebab sebagaimana dialami Saulus, ia tidak dibiarkan sendirian untuk melakukan segala yang menjadi kehendakNya.
Pdt. Hizkia Fredo V., S.Si., M.Fil.