(0271) 625546
11 September 2023
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Berdasarkan catatan dan penelisuran historis dan arkeologis, Abram hidup sekitar tahun 2000-1825 Sebelum masehi. Berarti mundur sekitar hampir empat ribu tahun yang lalu. Maka harus kita cermati, bahwa situasi dunia dan cara berpikir manusia di saat itu tidak seperti kita di masa sekarang. Ketika Abram dan Lot menduduki Kanaan, tertulis jelas dalam Alkitab bahwa kelompok keluarga mereka hidup bersebelahan dengan suku-suku lain. Bila di antara kelompok Abram dan Lot yang masih berkerabat saja bisa muncul persoalan, dengan kelompok suku lain bisa lebih parah. Dan hal itu dialami oleh Lot yang diserang melalui perang.
Pada bacaan sebelumnya, kita dapati bagaimana Abram dan Lot sebagai pemimpin keluarga memisahkan wilayahnya. Hal itu otomatis memisahkan mereka menjadi dua kelompok yang mandiri dan masing-masing bertanggung jawab dengan wilayahnya dan sumber daya yang dimilikinya. Namun yang menarik, kali ini ketika negeri Lot diserang dan dirampas, Abram mengambil tindakan untuk menolongnya. Dan singkat cerita memang Abram berhasil membebaskan Lot dengan segala harta bendanya.
Lalu apa yang bisa kita pelajari kali ini? Salah satu yang jelas tampak adalah bagaimana peran Abram kembali menunjukkan sikap keteladanan yang baik. Sebagai pemimpin, sejak awal dia bukan sosok yang egois dan mementingkan kelompoknya sendiri. Hal itu bahkan terlihat dari sikap Abram yang sejak semula mempersilahkan Lot memilih lebih dahulu wilayah yang didudukinya. Dan sebagai pemimpin kelompok, Lot pun sudah mempertimbangkan apa yang menjadi keuntungan dari wilayah yang didudukinya termasuk bahaya yang bisa terjadi. Namun, toh, Abram tidak lantas menyalahkan Lot, dan ia menolong saja karena memang ia mau dan sanggup. Di sinilah setidaknya figur Abram dapat menjadi cermin dari pemimpin yang diberkati. Ia tidak egois, tidak mementingkan diri dan kelompoknya karena ia mau turut ambil peran untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi orang lain. Dan sebagai orang yang diberkati Allah, Abram tampak mampu memanfaatkan jaminan anugerah penyertaan Allah yang dimilikinya dengan baik, bukan untuk kepentingan diri dan kelompoknya, namun ia mau untuk tetap menolong saudaranya. Demikian kiranya kita juga mampu untuk juga memanfaatkan anugerah berkat dan penyertaan Allah dengan baik.
Pdt. Hizkia Fredo V., S.Si., M.Fil.