(0271) 625546
15 Oktober 2023
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Damai sejahtera, satu kata yang tentu tidak asing di telinga kita. Namun, apakah jangan-jangan rasa damai sudah terlalu asing untuk dirasakan dan dialami? Barangkali kita berpikir, bagaimana aku dapat merasakan damai jika aku berada dalam banyak pergumulan? Bagaimana aku dapat merasakan ketenangan jika setiap hari keluargaku bertengkar? Apabila kita berada dalam pergumulan, sangat mungkin kita berpikir bahwa damai hanyalah sebuah ilusi atau semacam pelarian spiritual dari realita.
Situasi yang penuh tekanan dan pergumulan juga dialami oleh jemaat Filipi. Pada saat itu, jemaat Filipi dianiaya oleh Romawi dan ditekan oleh orang-orang Yahudi yang belum percaya pada Tuhan. Selain itu, Paulus juga mendapatkan informasi bahwa ada pertengkaran antara kedua pelayan Tuhan di Filipi, yaitu Euodia dan Sintikhe, di mana hal ini membahayakan kesatuan pun juga perdamaian umat di sana.
Belum sampai di situ. Ada juga guru-guru palsu yang berupaya mengacaukan jemaat Filipi dengan ajaran-ajaran yang tidak benar. Dengan demikian, surat ini dituliskan Paulus agar umat Filipi tetap dapat mempertahankan kesatuan dan perdamaian sebagai keluarga Allah, terlebih lagi mempertahankan iman kepada Allah.
Karena Paulus merindukan agar kesatuan dan perdamaian tetap terjaga di jemaat Filipi, maka ada beberapa nasihat yang patut diperhatikan, terlebih lagi dilakukan sebagai gaya hidup orang beriman. Pertama, umat Filipi diajak untuk berdiri teguh di dalam Tuhan (ayat 1). Di tengah segala pencobaan yang dialami jemaat Filipi, Rasul Paulus mengajak mereka untuk berdiri teguh dalam Tuhan, karena Tuhan akan memberikan kekuatan dan pertolongan bagi orang-orang yang berserah kepadaNya.
Kedua, umat Filipi diajak untuk membangun dan mengupayakan relasi yang harmonis (ayat 2-3). Terkait dengan relasi di jemaat Filipi yang penuh dengan konflik, maka Rasul Paulus mengajak masing-masing pihak, terutama Euodia dan Sintikhe yang berkonflik untuk sehati sepikir dalam Tuhan.
Apa yang dimaksud dengan “sehati sepikir”? Nasihat untuk “sehati sepikir” adalah sebuah ajakan agar seseorang dapat memiliki hati Kristus, dan berpikir dengan cara pandang Kristus. Seseorang yang memiliki kasih Kristus dalam hidupnya tentu akan mengedepankan perdamaian di tengah berbagai keragaman dan perbedaan yang ada agar tercipta persekutuan yang harmonis dalam tubuh Kristus. Ia akan membangun kebiasaan baik dalam hidupnya secara pribadi dan juga bersama- sama dengan keluarga.
Sebagai contoh, bagaimana seseorang belajar untuk membicarakan pergumulan yang dihadapi secara terbuka dengan keluarga, sehingga keluarga dapat saling mendukung dan menguatkan, bukan saling menyalahkan dan mengabaikan. Keterbukaan sangatlah penting, karena keterbukaan dapat menjadi jalan untuk pemulihan dan pertobatan.
Ketiga, umat Filipi diajak untuk bersukacita di dalam Tuhan (ayat 4). Satu hal yang perlu dipahami bahwa sukacita tidak bergantung pada hal-hal material atau keadaan lahiriah manusia. Pada kenyataannya, ada orang-orang yang hidupnya berkelimpahan tetapi tidak merasakan sukacita. Dan sebaliknya, ada orang-orang yang berkekurangan, memiliki banyak pergumulan tetapi tetap dapat bersukacita.
Umat Filipi hidup dalam berbagai tantangan, baik secara internal dan eksternal. Ada banyak hal yang dapat membuat mereka mengeluh dan bersungut-sungut. Namun, sukacita sejati dapat dialami ketika mereka terus berfokus pada Tuhan yang senantiasa hadir bagi kita. Semakin kita merenungkan kasih Tuhan, semakin kita dapat bersyukur karena kasih Tuhan jauh melampaui kesulitan yang kita alami.
Keempat, Rasul Paulus mengajak umat Filipi untuk tidak dikendalikan oleh kekhawatiran (ayat 6). Seringkali kedamaian dan sukacita kita juga diusik oleh rasa kuatir. Namun, kekuatiran yang berlebihan dapat mengurangi, merusak, bahkan menghancurkan iman kita kepada Tuhan. Rasul Paulus mengajak jemaat Filipi untuk membawa segala sesuatu kepada Allah dalam doa, yaitu mempercayakan hidup pada Tuhan sebab Ialah yang memegang kendali atas kehidupan kita. Hidup tanpa rasa kuatir diawali dengan pandangan yang benar tentang siapa Tuhan bagi kita.
Jika umat Filipi melakukan nasihat-nasihat ini, maka mereka akan mengalami damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal (ayat 7). Apa maksudnya? Maksudnya adalah damai sejahtera Allah sedemikian berharganya sehingga akal manusia dengan segala kemampuan dan pengetahuannya tidak dapat menghasilkannya. Damai sejahtera Allah bukanlah hasil usaha manusia, melainkan anugerah Allah. Dan jalan untuk menerima damai sejahtera itu adalah dengan menyerahkan diri kita dalam tangan kasih Allah.
Seorang penafsir bernama Vincent M. Smiles menyebutkan bahwa damai sejahtera adalah hadiah yang mengalir dari “anugerah” Allah yang mewujud melalui kebiasaan-kebiasaan memikirkan dan melakukan tindakan positif seperti yang dinasihatkan Paulus pada ayat 8-9. Dikatakan di sana,”Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu”. Nasihat itu merupakan ajakan Paulus agar jemaat berpegang (membiasakan) pada segala yang baik dan terus belajar dari dan meneladani caranya mengikuti Kristus dari dia.
Nasihat rasul Paulus tak hanya relevan bagi situasi jemaat Filipi kala itu, tetapi juga bagi kita pada saat ini. Hidup berkeluarga tentulah memiliki pergumulan masing-masing. Ada yang bergumul dengan sakit-penyakit, pertengkaran yang tak berujung, finansial yang tergoncang, dan lain sebagainya. Hal- hal ini seringkali dapat merenggut rasa damai, sukacita, dan membuat keluarga tak lagi dipandang sebagai “home”, rumah yang nyaman dan tenang.
Namun, nasihat rasul Paulus mengundang tiap-tiap anggota keluarga untuk mengalami damai sejahtera dari Allah. Damai sejahtera Allah bukanlah sebuah ilusi, tetapi dapat dialami ketika setiap orang mau berdiri teguh dalam Tuhan, sehati sepikir dalam Tuhan sehingga tercipta relasi yang harmonis, bersukacita dalam Tuhan, tidak dikendalikan oleh rasa kuatir dan membiasakan berpikir dan bertindak positif.
Secara lebih konkrit, keluarga diajak untuk membangun kebiasaan-kebiasaan yang dapat membuat tiap anggotanya mengalami damai sejahtera dari Tuhan. Kebiasaan tersebut antara lain adalah, rutin berdoa dan bersaat teduh bersama keluarga sebagai wujud dari kehidupan iman yang berdiri teguh dalam Tuhan. Memiliki momen setiap hari untuk saling sharing hal-hal yang dihadapi oleh masing-masing anggota keluarga, termasuk jika ada kesulitan yang terjadi. Ini dapat membangun keterbukaan dan keintiman dalam keluarga, sehingga keluarga dapat lebih sehati sepikir.
Jika keluarga dapat membangun kebiasaan ini, maka niscaya rumah tidak hanya akan menjadi tempat untuk istirahat dan berteduh, tetapi menjadi “home”. Rumah menjadi tempat yang dirindukan untuk selalu pulang karena ada penerimaan, penguatan dan dukungan, pun juga penyerahan diri pada Allah sehingga damai sejahtera Allah dapat dirasakan. Karena itu, rindukah kita untuk mengalami damai sejahtera dari Allah? Datanglah pada Dia, hiduplah dalam kebenaran firman-Nya, dan bangunlah kebiasaan-kebiasaan dalam keluarga yang sesuai dengan kehendak Allah. Tuhan memberkati kita. Amin.