(0271) 625546
06 November 2023
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Sunat menjadi sebuah tradisi yang penting dalam budaya Yahudi. Hal ini dijelaskan dalam kisah Abram yang mulai membangun cara hidup dan identitas bangsa. Hal ini penting, karena dalam proses menjadi sebuah bangsa yang besar, kisah kali ini mau menunjukkan bahwa prosesnya tidaklah sederhana. Sebab selain karena masalah keterpilihan, Abram juga harus menaati seluruh petunjuk dari Tuhan.
Sunat merupakan tanda inisiasi, pengakuan yang khas bahwa seseorang adalah anggota atau bagian dari sebuah kelompok. Praktik kebudayaan ini bahkan bertahan sampai zaman modern ini. Sebab, sebagai sebuah tanda yang tersemat dalam diri seseorang, sunat bukan hanya bersifat fisik namun juga rohani. Oleh sebab itu, hal itu kemudian dihayati dalam ritus suci. Inisiasi semacam ini juga banyak dilakukan oleh suku-suku purba dengan berbagai bentuk. Misalnya di Indonesia sendiri ada upacara-upacara unik dari berbagai suku, dari pemberian tattoo di tubuh, potong gigi, bahkan melukai diri.
Tanda-tanda inisiasi itu sangat penting, karena Abraham dan kelompoknya hidup berdampingan dengan suku-suku lainnya. Untuk itu, membedakan diri baik secara fisik maupun rohani merupakan hal yang krusial. Karena selain menjadi identitas, tanda itu menjadi sebuah komitmen bagi diri seseorang di segala tindakannya harus mencerminkan iman sebuah kelompok. Jadi sebenarnya tidak sederhana bila seseorang disunat. Karena selain harus merasakan sakit dan bahayanya metode kesehatan di masa itu, sunat juga tanda dari komitmen dan tanggung jawab untuk menjalani hidup sebagai bagian dari bangsa terpilih.
Hal ini penting untuk menjadi refleksi bagi kita yang hidup di masa kini dengan berbagai masalah identitas. Sering kali identitas memunculkan perdebatan yang tajam, karena orang cenderung melihat identitas hanya sekedar atribut. Misalnya seperti yang sempat menjadi tren, bahwa orang kristen mau menunjukkan kekristenannya hanya dari atribut, misalnya memamerkan salib kemana-mana, posting ayat-ayat Alkitab di media sosial, rajin menyanyikan lagu pujian, dsb. Identitas iman jauh lebih mendalam dari itu, karena sebagaimana sunat, tanda iman itu tidak hanya bersifat fisik atau yang terlihat secara badani, namun juga tanda rohani yang tercermin dari komitmen dan kesadaran batin. Sebab bisa saja orang menunjukkan perilaku-perilaku baik yang tampak secara badani, namun apa yang ada di dalam hati dan batinnya sama sekali jauh kebaikan.
Pdt. Hizkia Fredo V., S.Si., M.Fil.