(0271) 625546
08 Januari 2024
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Ternyata ada konsekuensi yang berat setelah Paulus mengusir roh tenung dari hamba perempuan yang pada perikop sebelumnya diceritakan. Sebab tuan-tuannya kemudian marah karena kehilangan banyak penghasilan, dan menuduh Paulus dan rombongannya telah mengacaukan masyarakat. Bahkan dari tuduhan itu, para penenung itu bisa membuat para pembesar kota memenjarakan Paulus dan Silas.
Lalu kekacauan yang sebenarnya barulah terjadi di penjara. Ketika Paulus dan Silas berdoa dan memuji Tuhan, ketika itu juga lah terjadi gempa bumi yang hebat sehingga terbukalah pintu penjara dan belenggu yang semula mengikat mereka. Kepala penjara dan bawahannya yang mengira para tahanan akan melarikan diri, sudah bersiap untuk bunuh diri. Namun cara Paulus mencegah mereka menarik untuk dicermati. Sebab dari sikap itu, Paulus justru mendapat simpati dan rasa hormat dari kepala penjara. Entah karena ketakutannya pada hukuman yang akan diterimanya jika saja para tahanan melarikan diri, atau karena rasa segan terhadap Paulus yang seolah mendatangkan gempa bumi itu. Namun yang terpenting adalah bahwa Paulus tidak mau mencelakakan mereka, dengan melarikan diri.
Bila saja kita berada di posisi Paulus, apa yang kira-kira kita lakukan? Apakah kita akan melakukan hal yang sama seperti Paulus, untuk setidaknya tetap tenang dan tidak terburu-buru melarikan diri? Atau seperti di film-film action, yang sering kali menampilkan trik-trik untuk memanfaatkan keadaan untuk menyelamatkan diri dari penjara?
Apa yang dilakukan Paulus menarik untuk menjadi refleksi kita. Utamanya ketika ia mampu dengan bijak memanfaatkan keadaan untuk memperkenalkan Yesus kepada kepala penjara itu. Dari peristiwa itu, ada satu faktor penting yang perlu kita cermati sebagai pewarta yaitu momentum. Kadang kala, kesulitan dalam mewartakan Injil adalah persis pada penemuan momentumnya. Sebab, dalam momentum yang tidak tepat, pengabaran Injil justru bisa memunculkan banyak masalah. Seperti munculnya perdebatan, perseteruan dan bahkan kekerasan. Sebab untuk menerima Injil, sering kali tidak hanya cukup mengerti tentang kebenaran Kristus, namun juga diperlukan penegasan di dalam pengalaman. Kali ini Paulus memberi kesempatan bagi kepala penjara itu untuk menyaksikan sendiri penyelamatan Tuhan atas dirinya. Dan dengan itu, Paulus tidak perlu memaksa, karena dengan sendirinya orang lain akan percaya.
Pdt. Hizkia Fredo V., S.Si., M.Fil.