(0271) 625546
12 Februari 2024
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Kali ini, keajaiban lain yang terjadi di Efesus bahkan tidak dilakukan oleh Paulus. Hal itu dilakukan oleh anak-anak Skewa, seorang iman kepala Yahudi yang mungkin sudah mendengar tentang tindakan-tindakan Paulus. Dan apa yang mereka lakukan ternyata berhasil membuat kehebohan, karena bukan saja membuat lebih banyak orang percaya, namun banyak orang-orang “berpengaruh” yang kemudian bertobat. Orang-orang berpengaruh itu adalah para tukang sihir yang sudah cukup lama berpraktek di sana. Sedemikian takutnya, mereka sampai mau membakar kitab-kitab sihir yang mahal harganya.
Usai kejadian itu, tidak heran bila di Efesus, nama Paulus menjadi begitu terkenal, dan utamanya semakin banyak juga orang-orang yang percaya dan beriman kepada Yesus. Dan yang menarik untuk dicermati adalah bagaimana perubahan atau pertobatan untuk menjadi percaya itu terjadi begitu radikal dan seketika kontras. Dan memang salah satu faktor yang sangat memengaruhi sikap itu adalah perasaan takut, sehingga munculnya rasa percaya yang luar biasa justru persis karena orang-orang itu ketakutan. Rasanya perlu untuk sesekali mengritisi hal ini. Bahwa percaya yang dilandasi oleh ketakutan, sering kali justru menimbulkan perasaan terpaksa. Di mana keterpaksaan itu suatu saat akan menjadikan orang mudah jenuh dan tidak pernah nyaman dengan apa yang dilakukannya. Penulis Kisah Para Rasul pun memakai kata thobos, untuk menggambarkan rasa takut itu lebih dekat dengan kata teror.
Maka, untuk berhati-hati dalam memahami rasa takut itu, kita perlu cermat dalam melihat subjek yang terlibat. Dalam hal ini ketakutan atau terror di situ berkonotasi pasif, sehingga bukan dalam intensipelakunya untuk menakut-nakuti, namun orang-orang itu ditakutkan oleh apa yang terjadi. Menakuti dan ditakutkan berbeda maknanya. Pretensi tindakan aktif untuk menakut-nakuti sering kita dapati dalam upaya-upaya para ekstrimis agama yang selalu menebar ketakutan untuk membuat orang lain percaya. Sementara, apa yang terjadi di Efesus kali ini bukanlah tindakan yang bertujuan untuk menakut-nakuti, namun orang lain ditakutkan, atau menjadi takut meski subjek pelakunya belum tentu bermaksud ketakutan.
Sebab perbedaan persepsi tindakan itu bisa sangat menentukan Injil atau nama Yesus yang kita kabarkan. Karena karya keselamatan yang diajarkan Yesus semestinya memang berlandaskan tindakan-tindakan kasih yang semestinya jauh dari niat untuk sengaja menakut-nakuti.
Pdt. Hizkia Fredo V., S.Si., M.Fil.