(0271) 625546
13 Februari 2024
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Suatu hari sebuah keluarga melakukan perjalanan menuju tempat wisata. Di tengah jalan sang ayah tiba-tiba ingat bahwa ada barang penting yang tertinggal. Ia segera menepi dan berkata kepada seisi kendaraan: “Kita harus balik lagi menuju rumah, karena ada satu barang penting yang kita butuhkan untuk berwisata masih ketinggalan di rumah!” Sang Ibu menyahut: “Ya... kenapa baru ingat sekarang, padahal ini sudah separuh jalan lho...”. Anak-anak juga menyahut: “Iiya nih sudah separuh jalan, kalau kita balik lagi nanti sampai tempat sudah kesorean, beli saja yah?”
Ini hanyalah satu contoh kejadian sehari-hari yang kita alami, untuk berbalik lagi ternyata bukanlah perkara yang mudah. Ada banyak hal yang harus dipikirkan, dipertimbangkan sampai pada pengambilan keputusan.
Demikian pula yang berkaitan dengan iman. Berbalik kepada Tuhan bukanlah perkara mudah. Apalagi jika perbuatan kita telah jauh dari Tuhan. Untuk kembali kepada-Nya membutuhkan perjuangan yang tidak biasa. Berbalik kepada Tuhan mengharuskan mengubah arah hidup dengan tidak kembali lagi kepada keinginan lama karena mau hidup menurut kehendak Tuhan.
Seruan untuk berbalik kepada Tuhan disampaikan oleh Yoel kepada bangsa Israel yang hidup di luar kehendak Tuhan. Kemerosatan moral terjadi di mana-mana. Para pemimpin umat tidak lagi hidup seturut kehendak Tuhan. Mereka tidak bisa menjadi teladan dalam menjaga dan memelihara kekudusan hidup.
Dalam kondisi demikian, Allah memanggil Yoel untuk memperingatkan umat-Nya agar mereka bertobat. Jika mau melakukan pertobatan niscaya hukuman Allah tidak akan berlaku lagi bagi mereka. Dalam pemberitaannya, Yoel mengajak umat melihat realitas yang sedang terjadi di tengah-tengah mereka. Kekeringan serta serangan belalang yang menghancurkan sendi-sendi perekonomian yang mereka alami adalah sebuah peringatan dari Tuhan. Sesungguhnya ada hal lain yang tersirat di balik kenyataan itu. Jika umat tidak mau berubah, hukuman yang akan datang jauh lebih berat lagi dari apa yang sedang mereka alami. Gambaran belalang adalah simbol dari pasukan Allah yang akan menyerbu dengan dahsyat pada hari-hari kemudian apabila umat Allah tidak mau sungguh-sungguh bertobat (Yoel. 2:11-17).
Menyikapi keadaan yang akan terjadi di kemudian hari, nabi Yoel mengajak semua pemimpin agama Yehuda agar memimpin umat datang kepada-Nya kepada pertobatan melalui berdoa dan berpuasa (Yoel 1:13-14). Demikian juga yang dikatakan dalam Yoel 2:13 “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya”. Itu artinya Allah menghendaki pertobatan yang benar, tidak hanya sekadar secara lahiriah namun dilakukan dari kesadaran hati yang dalam. Umat diajak untuk sadar bahwa dirinya orang berdosa dan hanya Tuhan yang dapat menyelamatkannya.
Alkitab memberikan contoh lain tentang pertobatan seperti yang dilakukan Daud, dalam nyanyian Mazmur 51:3-19. Daud telah berbuat dosa kepada Tuhan. Ia telah merenggut Batsyeba dari tangan Uria dan sekaligus merenggut nyawa Uria dengan tipu dayanya. Ketika Nabi Natan mengingatkannya, sadarlah Daud. Ia sangat menyesali perbuatannya. Kita melihat beberapa perkataannya terkait pertobatan seperti: pelanggaranku, kesalahanku, melakukan apa yang Kau anggap jahat. Perkataan itu menjadi gambaran penyesalan hatinya. Ia meminta agar Tuhan berkenan untuk memulihkannya kembali. Daud memohon supaya Allah membasuh dia dan meminta supaya hatinya ditahirkan dan diperbaharui kembali. Ia ingin agar Allah tidak mengambil Roh-Nya yang kudus supaya Allah jangan menolak dia sebagai raja seperti yang telah dilakukan-Nya terhadap Saul. Ia ingin Allah berkenan kembali kepadanya dan berkenan atas Israel.
Jika kita melihat dengan cermat proses pengakuan dosa Daud di hadapan Tuhan, kita bisa melihat betapa menyesalnya Daud atas kesalahan dan dosanya.
Dengan demikian, tidak ada perbuatan lain untuk menyelamatkan Israel kecuali dengan cara bertobat. Jika pertobatan sungguh-sungguh terjadi, nabi Yoel berkata: "Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan- Nya berkat (Yoel 2:14)".
Hari ini kita melaksanakan ibadah Rabu Abu sebagai awal memasuki Masa Pra Paskah, yaitu masa untuk bertobat, yang disertai dengan berdoa, berpuasa dan bersedekah. Tuhan Yesus memerintahkan kepada para murid-murid-Nya agar menekankan pentingnya kemurnian hati dalam hal bersedekah, berdoa, dan berpuasa. Ini dilakukan-Nya kepada para murid supaya tidak berlaku sama seperti ahli Taurat dan Orang Farisi yang memamerkan kemunafikan dalam menjalankan agamanya.
Pesan Tuhan Yesus jelas: “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga” (ay.1).
Melalui ibadah ini kita akan menerima penorehan Abu di kening. Perintah Tuhan berlaku bagi kita semua yaitu agar ritual yang dilakukan tidak penuh kemunafikan namun dengan hati yang penuh sesal dan berbalik kepada Tuhan. Supaya seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus terwujud: “Supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.” Amin
LPP Sinode GKJ dan GKI SW Jateng