(0271) 625546
20 Maret 2023
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." (Yoh 8:10-11 ITB)
Siapakah orang yang pernah berbuat dosa? Rasanya tidak ada orang yang tidak berdosa, dan marilah melihat kembali di dalam diri kita. Maka pertanyaannya menjadi lebih tajam, dosa apa saja yang pernah kita lakukan? Entah itu besar-kecil, tidak perlu dibedakan karena dosa tetaplah dosa. Dosa pada intinya adalah pemberontakan manusia kepada Allah. Siapa saja yang pernah melawan atau tidak menjalankan apa perintah Allah, maka ia berbuat dosa.
Terkait hal itu, pengalaman perjumpaan Yesus dengan perempuan yang tertangkap tangan berbuat dosa menarik untuk dicermati. Terutama ketika banyak orang, ahli-ahli agama khususnya, hendak menghukum perempuan tersebut. Memang sejak lama, dosa selalu dikaitkan dengan hukuman. Sehingga tidak jarang larangan berbuat dosa selalu diikuti dengan ancaman hukuman, yang seolah bisa diukur dengan bobot atau berat perbuatannya. Namun ternyata Yesus tidak demikian.
Menghukum orang karena kesalahan tidak selalu mendidik. Bisa saja, seseorang yang memilih untuk tidak melakukan kesalahan namun tidak mengerti mengapa sebuah tindakan salah. Semata karena takut pada ancaman hukuman yang bisa menimpanya saja. Bila demikian orang tidak bisa benar-benar mengerti mengapa mereka tidak boleh berbuat dosa, karena dorongan atau keinginan untuk berbuat tetap ada di dalam hatinya.
Yesus memakai cara pengampunan. Yang mana hal itu dimaksudkanNya untuk mengajarkan kepada semua orang tentang kasih karunia Allah yang menyelamatkan. Sebab, tindakan manusia saja tidak pernah cukup untuk menyelamatkan dirinya. Dalam diri manusia, selalu ada dorongan dan kehendak yang cenderung membuatnya menyimpang dari Allah. Maka yang paling manusia perlukan adalah kesempatan berubah melalui pengampunan bukan hukuman.
Marilah mencoba untuk memahami dinamika tindakan kita. Bila sebelumnya ada banyak tindakan-tindakan spontan yang kita lakukan tanpa berpikir. Kini, di saat kita tengah terbatasi dalam tindakan, barulah kita memiliki kesempatan berefleksi tentang baik-buruknya tindakan spontan kita. Dan sering kali batasan-batasan yang ada membuat kita gelisah. Tidak sedikit orang yang berpikir bahwa batas-batas ini adalah hukuman. Tetapi kali ini, marilah belajar, berdasar perikop tadi, bagaimana Yesus mendidik seorang yang berdosa, bukan hukuman namun dengan pengampunan. Ia menyapa dengan kasih, dan menunjukkan bahwa manusia selalu diberi kesempatan untuk berubah. Justru dengan pengampunan itu, manusia diberi kesempatan untuk memaknai kembali tindakan-tindakannya. Sejauh mana kita mau belajar untuk taat dan melaksanakan kehendak Allah, di atas potensi-potensi penyimpangan kita? Menjelang pekan suci, biarlah refleksi akan pengampunan Allah menjadi salah satu bagian penting penghayatan iman kita.
Pdt. Hizkia Fredo V., S.Si., M.Fil.