(0271) 625546
17 Maret 2024
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Saudara Terkasih, Martin Luther, seorang tokoh Reformasi Gereja, pernah berkata “In the good we do, we are just “little Christs” to each other”. “Di tengah pekerjaan yang kita lakukan di dunia ini, kita hanyalah Kristus-kristus kecil bagi sesama”. Apa arti perkataan Luther ini? Artinya adalah, sebagai pengikut Kristus yang berkarya di dunia ini, kita adalah cerminan Kristus. Perkataan dan perbuatan kita mencerminkan perkataan dan perbuatan Kristus. Jadi di mana pun kita berada, kita melihat seperti Kristus melihat. Kita mendengar seperti Kristus mendengar. Kita berkata seperti Kristus berkata. Kita merasakan sekitar seperti Kristus merasakan. Kita berkarya seperti Kristus berkarya di dunia ini.
Di dalam Alkitab, kita banyak menemukan keteladanan Kristus. Contohnya: Keberanian-Nya dalam menyatakan kebenaran; Kejujuran-Nya dalam mengajar; Pengampunan yang diberikan-Nya bagi semua orang; dan, kerelaan-Nya untuk berkurban demi keselamatan dunia. Di dalam Injil Yohanes 12:20-33, kita menemukan satu karakter Kristus yang begitu kuat yaitu tentang kerelaan-Nya untuk berkurban. Pengurbanan yang Yesus lakukan bukanlah pengurbanan biasa. Ia mengurbankan diri-Nya sendiri untuk menebus dunia dari kuasa dosa. Tidak seperti pengurbanan yang dilakukan oleh imam-imam Israel di mana mereka membawa kurban lain untuk menebus dosa mereka sendiri dan dosa bangsanya. Yesus Kristus membawa diri-Nya sendiri sebagai kurban penebusan. Itulah mengapa, bagi penulis surat Ibrani dalam Ibrani 5:5-10, Yesus Kristus di sebut sebagai Imam Besar sejati. Pengurbanan-Nya itu bukan bertujuan untuk kepentingan diri-Nya sendiri. Atau, untuk meningkatkan reputasi-Nya. Pengurbanan-Nya itu dilakukan demi banyak orang. Ibarat sebuah biji gandum. Di dalam tanah, biji itu mati dan kemudian bertumbuh untuk menghasilkan banyak buah (Yoh.12:24). Kematian Yesus, adalah kematian satu orang untuk menyelamatkan banyak orang.
Saudara terasih, Kematian Yesus Kristus ini menjadi suatu penggenapan dari nubuat Yeremia dalam Yeremia 31:33. Tuhan berjanji kepada Yeremia, “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat- Ku”. Kristus yang telah mati mengorbankan nyawa-Nya itu, telah menjadi Taurat dalam batin orang percaya. Kristus telah menjadi penuntun hidup yang membawa umat Allah pada kualitas hidup yang seturut kehendak Allah. Kristus yang mati itu, telah merangkul kembali dunia menjadi milik-Nya dan setiap orang percaya beriman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamatnya.
Saudara terkasih, sebagaimana Kristus rela mengurbankan nyawa-Nya sendiri demi keselamatan dunia, demikianlah kita orang-orang percaya, dipanggil untuk memiliki karakteristik itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika karakteristik seperti itu adalah karakteristik Imam Besar sejati, maka kita yang hidup dengan karakteristik itu, disebut sebagai imam-imam kecil. Artinya, di tengah kehidupan kita sehari-hari, kita hidup rela untuk berkurban. Sebagaimana Kristus berkata kepada murid-murid-Nya, “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa” (Yoh.12:26).
Saudara terkasih, saat kita dipercayakan oleh Allah untuk berkarya di dunia melalui pekerjaan kita, di saat itulah kita akan berhadapan dengan situasi di mana kita mau berkurban untuk kebaikan bersama atau tidak di dalam pelayanan pun demikian. Kita akan berhadapan pada situasi apakah kita mau berkurban atau tidak. Misalnya saja, di dalam kepanitiaan. Ada seorang anggota seksi yang tidak perform. Kita sebagai bagian dari kepanitiaan itu, ditantang apakah kita mau berkurban mengerjakan pekerjaannya demi keberhasilan tim, atau justru ogah berkorban dan membiarkan kerja tim terhambat? Sering kali tanpa sadar kita memilih untuk ogah mengerjakan pekerjaan orang lain karena itu bukan tanggung jawab kita. Alih-alih ingin mendidik yang bersangkutan, yang terjadi adalah kehancuran kerja tim karena tidak adanya kerelaan untuk berkorban demi kebaikan bersama.
Perlu diakui bahwa untuk dapat hidup rela berkurban, tidaklah mudah. Selama masih ada kecenderungan mementingkan diri sendiri, sukar bagi kita untuk dapat hidup rela berkorban. Melalui Mazmur 51:3-15, setidaknya kita memperoleh petunjuk. Mazmur ini berisi pengakuan dosa Daud setelah ia ditegur oleh Natan karena telah berzinah dengan Batsyeba. Di dalam Mazmurnya, Daud menyadari dosanya. Ia menyesal dan memohon pengampunan kepada Tuhan. Di hadapan Tuhan, Daud merendahkan dirinya di hadapan Tuhan dan berkata, “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Mzm.51:7).
Inilah kunci dari kerelaan berkorban, yaitu merendahkan diri di hadapan Tuhan. Kita melihat diri kita seperti Daud memandang dirinya yaitu sebagai orang berdosa yang hanya dapat terus melanjutkan hidup karena belas kasihan dari Allah. Tanpa kesadaran bahwa diri kita ini bukan siapa-siapa di hadapan Allah, akan sulit bagi kita mempraktikan pengurbanan dalam keseharian kita.
Saudara terkasih, marilah kita bersama hidup sebagai imam-imam kecil dalam keseharian kita yaitu hidup rela berkurban untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Marilah kita memulainya dengan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Seperti Daud, kita melihat diri kita sebagai orang berdosa yang memiliki kesempatan untuk hidup karena kasih Allah yang besar kepada kita. Selamat menjalani hidup sebagai imam-imam kecil. Tuhan Yesus memberkati. Amin