(0271) 625546
31 Maret 2024
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Tuhan sudah bangkit, mari rayakan kebangkitan-Nya dengan sukacita. Selamat Paskah! (umat diminta saling mengucapkan selamat paskah dengan berjabat tangan satu sama lain).
Paskah - kebangkitan Yesus menunjukkan bahwa apa yang dipikirkan dan direncanakan manusia kadang kala tidak sama dengan rancangan Allah. Hal itu tampak dalam bacaan Alkitab yang kita baca pada hari Minggu Paskah ini. Dalam penghayatan Paskah ini, tampaklah bahwa rancangan Allah yang kerap berbeda dengan rancangan manusia itu menunjukkan bahwa Ia benar-benar bangkit. Ia benar-benar hidup dan dalam kebangkitan-Nya itu Ia menata kehidupan.
Pagi-pagi benar, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome datang ke kubur Yesus setelah Sabat lewat. Kedatangan mereka ke kubur Yesus pada waktu yang masih pagi (bahasa Jawa - isuk uthuk-uthuk; peteng remeng- remeng) menunjukkan bahwa mereka telah merencanakan ke kubur itu sejak sebelum Sabat, saat jenazah Yesus dimakamkan. Namun karena pada hari Sabat tidak diizinkan bepergian, mereka pergi ke kubur Yesus setelah Sabat lewat. Mereka merencanakan melawat jenazah Yesus yang mati pada hari Jumat.
Dalam perjalanan menuju makan, mereka bercakap tentang siapa yang akan menggulingkan batu penutup kubur. Ketika mereka bercakap, pikiran mereka dalam keadaan tidak menentu. Batu itu sangat besar. Mereka tidak kuat menggulingkan batu itu. Perihal batu penutup kubur itu, ada seorang penafsir yang menyampaikan bahwa batu itu merupakan meterai yang melambangkan kematian. Tidak ada satu orang pun yang punya daya menembus meterai kematian, kecuali Allah yang berkuasa melampaui kematian.
Apa yang direncanakan dan dipikirkan manusia sebagaimana diwakili oleh Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus itu ternyata berbeda dengan pikiran dan rencana Allah. Yesus yang dipikirkan mati, ternyata bangkit. Rempah-rempah yang direncanakan digunakan untuk mengurapi Yesus nantinya diubah menjadi pemuliaan Yesus yang bangkit. Sesampai di depan kubur, batu penutup yang besar itu sudah terguling. Injil Markus tidak menceritakan apa reaksi Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus atas tergulingnya batu itu. Dengan terbukanya pintu penutup kubur itu, mereka memasuki kubur dan di sana tidak tampak mayat Yesus terbaring di pembaringannya. Yang mereka lihat justru seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan.
Melihat orang muda berpakaian putih itu, terkejutlah mereka. Dalam Injil Markus, perihal pakaian putih pernah dituliskan pada Markus 9:53, saat transfigurasi Yesus. Dalam peristiwa itu pakaian Yesus sangat putih, berkilat-kilat. Setelah transfigurasi, Yesus berpesan pada Petrus, Yakobus dan Yohanes supaya tidak menceritakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati (Markus 9:9). Dengan memperhatikan kaitan itu, Markus seolah ingin menyebutkan bahwa orang muda itu menjadi penggambaran pembaharuan hidup. Artinya, apa yang dikatakan oleh Yesus pada transfigurasi diulangnya kembali melalui penggenapan pernyataan-Nya. Anak Manusia benar-benar bangkit dari antara orang mati. Ia bangkit untuk menata kehidupan yang ditutup oleh kematian. Terbukanya kubur merupakan dibukanya meterai kematian menuju pada kehidupan.
Dibukanya meterai kematian menuju kehidupan merupakan penggenapan dari rencana Allah bagi dunia. Dunia yang gamang dan takut karena berbagai peristiwa mendatangkan ancaman dan pesimisme. Ada begitu banyak pemikiran-pemikiran yang kerap membuat manusia berada dalam kegamangan, ketakutan, ketidakberdayaan. Kegamangan, ketakutan dan ketidakberayaan menjadi batu penutup yang mengukuhkan meterai kematian. Akibatnya, manusia tidak berani menatap kehidupannya di masa mendatang. Banyaknya prediksi-prediksi tentang krisis kehidupan membuat banyak orang takut. Prediksi-prediksi yang menjadi penanda agar dunia waspada terhadap kemungkinan terburuk atas kehidupan justru dijadikan “batu meterai kematian” yang menakutkan.
“Jangan takut”, pesan itu disampaikan oleh orang muda berjubah putih itu karena ia melihat reaksi kaget dari para perempuan. Mereka takut karena apa yang mereka bayangkan di awal tidak sama dengan kenyataan yang dilihat. Di awal mereka membayangkan akan melakukan pengurapan terhadap mayat Yesus, namun yang dilihat adalah ketiadaan mayat Yesus sebab Ia bangkit. Hal ini menandakan bahwa apa yang dipikirkan manusia, sebaik apa pun itu ternyata tidak sama dengan yang dilakukan Allah. Ketakutan atau kegentaran manusia akibat mengikut jalan pikirannya sendiri dialami oleh tiga perempuan itu.
Kepada mereka yang dalam keadaan gentar, orang muda berpakaian putih itu menyampaikan bahwa Yesus orang Nazaret yang disalibkan dan sekarang sedang dicari itu telah bangkit. Di sini Markus menghubungkan Yesus yang disalibkan dan Yesus dalam kebangkitan. Jejak salib dan kematian menyatu dengan jejak kebangkitan-Nya. Maka dari itu disampaikanlah pada Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome perintah untuk melihat tempat Yesus dibaringkan. Mungkin saja mereka bertiga hadir pada saat Yesus dimakamkan sehingga orang muda berpakaian putih itu meminta pada para perempuan itu membuktikan bahwa Yesus benar-benar bangkit tidak ada di pembaringan-Nya. Di sinilah transformasi dari ketakutan (kegentaran) berubah menjadi percaya. Karena mereka percaya pada Yesus yang bangkit, mereka diutus untuk pergi, mengatakan pada murid-murid Yesus yang lain dan juga pada Petrus bahwa Yesus bangkit. Ia telah mendahului semua ke Galilea. Di sana mereka akan melihat Dia.
Para perempuan yang dalam pemikiran orang Yahudi kala itu tidak dapat dijadikan saksi, melalui kebangkitan Yesus diberi kepercayaan untuk mempersaksikan Yesus yang bangkit kepada murid-murid laki-laki maupun perempuan lainnya. Kebangkitan mendobrak ketimpangan yang ada di tengah masyarakat menjadi kehidupan yang beradab. Keadaban itu adalah dipulihkannya kesetaraan perempuan dan laki-laki, artinya dipulihkannya kehidupan. Dalam bacaan kedua (Kis. 10:34-43) pengalaman yang sama dialami oleh Petrus. Ia yang pada mulanya membeda-bedakan manusia berdasar etnisitas dan kesamaan keyakinan mendapat pemahaman baru bahwa sesungguhnya Allah tidak membedakan semua orang. Ia bersaksi,”Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya” (Kis. 10:34-35).
Pertanyaannya, mengapa Yesus mendahului ke Galilea dan mereka diminta melihat Dia di sana? Bukankah Yesus dimakamkan di Yerusalem? Galilea merupakan daerah pertama Yesus berkarya. Dari sana panggilan kepada murid-murid dilakukan. Dengan menyatakan bahwa Yesus mendahului para murid ke Galilea, Markus menunjukkan kesetiaan Yesus. Ia membawa para murid ke luar dari Galilea dan membawa mereka kembali ke Galilea dengan tujuan supaya para murid dapat melihat Yesus, Guru dan Tuhan-Nya dengan cara pandang baru dan menyempurnakan apa yang tidak dapat mereka pahami dan lakukan sebelumnya. Kita dapat mengetahui bahwa setiap kali para murid gagal, Yesus memanggil mereka kembali ke Galilea dan menjumpai mereka dengan suatu cara yang dapat membuat mereka mengingat kembali perkataan Yesus sebelumnya. Dari sana mereka dapat melihat Yesus kembali dengan cara pandang baru. Yesus yang bangkit memperlengkapi tugas dan misi perutusan mereka. Oleh karena itu, Ia mentransformasi para murid.
Pada hari ini, kita diundang untuk pergi ke”Galilea” kehidupan yaitu hidup dengan cara pandang baru. Kebangkitan Yesus membaharui semua yang kita rencanakan dan pikirkan. Kebangkitan Yesus telah menerobos kematian yang digambarkan seperti batu penutup kubur. Kematian mendatangkan chaos, kehidupan dalam kekacuan. Kebangkitan menjadi gerak pembaharuan (cosmos). Di dalam kebangkitan terdapat gerak Yang Ilahi menyapa hidup sehari- hari yang tampak biasa saja. Sebagaimana para perempuan diundang untuk mengalami kebangkitan Yesus dan hidupnya bertransformasi seperti yang dikehendaki Allah, demikian juga dengan umat Allah pada masa kini. Yesus bangkit untuk menata kehidupan. Setiap orang diundang-Nya untuk mengalami kebangkitan dan menata hidup dengan berpusat pada Kristus. Selamat Paskah!