(0271) 625546
28 April 2024
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
“Parasite” adalah sebuah film Korea yang mendapatkan penghargaan bergengsi. Film itu meraih 4 piala Oscar 2020 dan total mendapat 263 piala lainnya pada tahun 2019. Sesuai dengan judulnya, film seru dengan akhir tragis ini berkisah tentang sebuah keluarga yang menggantungkan kelangsungan hidupnya pada keluarga lain yang lebih mampu. Kebergantungan itu mengakibatkan keluarga lain tersebut hancur dengan akhir yang amat menyedihkan. Kebergantungan itu bak benalu yang menempelkan seluruh hidupnya pada tanaman lain dan menghisap sari-sari makanan dari tanaman lain di mana benalu itu menempel.
Para pengikut Yesus digambarkan seperti ranting pohon anggur yang menempel pada pokoknya. Ranting tersebut harus menempel pada pokok anggur supaya dia hidup sebab ranting sebuah pohon memang harus menempel pada batang pokoknya jika mau tetap hidup. Cara hidu ranting berbeda dengan tanaman benalu ataupun parasit. Perbedaan lainnya adalah tanaman parasit menghisap energi dan mematikan tanaman induk. Semua sari makan dari pohon yang ditempelinya hanya untuk dirinya. Ranting anggur yang melekat pada pokok pohon menjadikan ranting itu hidup bersama pohon anggurnya dan pada akhirnya menghasilkan buah. Buah yang dihasilkan dari ranting itu menjadi pembeda antara tanaman parasit dengan ranting yang melekat pada pokok anggur.
Kita tentu ingat lagu Yesus pokok dan kitalah rantingnya. Dengan tinggal di dalamnya kita pasti akan berbuah. Tinggal di dalam Yesus bermakna menjalin relasi yang tidak terputus dan terus menerus dengan Tuhan Yesus. Hanya dengan tinggal di dalam Dia, kita mengalami hal terbaik, yaitu menghasilkan buah. Buah yang dihasilkan oleh pengikut Kristus adalah buah kebaikan dan kebenaran serta damai sejahtera yang nyata di dunia yang membutuhkan penyelamatan.
Kehidupan yang menghasilkan buah diteladankan dalam Kisah Para Rasul 8:26-40. Kisah dalam teks itu menyampaikan secara jelas kepada kita bagaimana karya Roh Kudus menghasilkan buah kehidupan yang baik dan manis. Wujudnya terlihat dalam sikap hidup positif menanggapi perkerjaan Roh Kudus seperti yang dilakukan oleh tokoh-tokoh berikut ini:
Filipus
Ia menunjukkan Ketaatan menjalani perintah Allah yang disampaikan padanya: ”Bangkitlah dan berangkatlah...”. Alkitab menyampaikan bahwa jalan itu jalan yang sunyi (ay.26). Ini menegaskan bahwa apa yang dilakukan Filipus tidak akan terekspos oleh khalayak ramai. Filipus berkarya dengan Inisiatif, Kepekaan dan Kreatif. Semua perintah Allah memang disampaikan tanpa deskripsi yang jelas, namun perintah itu diusahakan dengan baik oleh Filipus dan semua terpenuhi. Karya Filipus berkelanjutan, meski di akhir kisah ini terdapat kesan agak misterius. Filipus begitu saja hilang dari kisah. Tugas Filipus memang sudah dilaksanakan, ia pasti didorong oleh Roh untuk melakukan tugas lain! Ia pergi penuh dengan kegembiraan.
Sida-sida Ethiopia
Dalam sebuah perjalanan, ia membaca Kitab Suci Perjanjian Lama dan menemukan ada selubung dalam membaca Kitab Suci. Ia bertanya: ”Bagaimana aku dapat mengerti kalau tidak ada yang membimbing aku?” Hal tersebut memperlihatkan bahwa ia mau dituntun, bersedia diingatkan dan terus mengembangkan diri. Kesediaannya dibimbing Filipus menjadikannya memahami maksud Kitab Suci yaitu karya keselamatan dalam Yesus Kristus.
Bagi orang Kristen, identitas Allah adalah cinta kasih. Hal ini membawa serta identitas setiap orang mengikut Yesus. Setiap pengikut Yesus yang melekat dengan Dia harus membuahkan kasih dalam hidupnya. Oleh karena itu, di dalam kehidupan orang Kristen tidak semestinya terdapat sikap patah hati dalam mencintai sesama. Dengan mencintai sesama, orang Kristen menyatakan kasih ilahi dari dalam dirinya.
Ada ungkapan latin yang mengatakan Gloria Dei Homo Viven, artinya Allah dimuliakan ketika sesama diperhatikan dan dipedulikan. Wujud kasih itu nyata dengan buah pelayanan yang kita hadirkan dalam kehidupan ini. Kita bukan benalu atau parasit, melainkan cabang yang tinggal dalam pokok anggur yang benar.
Seorang penulis, Gede Prama menyampaikan sebuah kisah yang menarik. Meminjam sebuah cerita fantasi, suatu hari seorang pria kaya yang memiliki tiga istri mau meninggal. Istri pertama dipanggil. Ia adalah yang paling muda, paling menarik, sekaligus paling banyak memperoleh perhatian. Tatkala istri ke tiga ini diberitahu bahwa suaminya akan meninggal, ia langsung lari, membanting pintu, sambil berteriak kasar: “Mati saja sendiri!” Melihat respon istri ketiga yang sangat mengecewakan, pria kaya ini kemudian memanggil istri kedua sambil menangis. Saat diberitahu bahwa ajal telah dekat, wanita setengah baya ini berucap lembut: “Kanda, saya hanya bisa menemanimu sampai di kuburan, setelah itu kanda mesti jalan sendiri”. Maka semakin menangislah pria kaya yang menyesali hidupnya ini. Dan karena tidak punya pilihan lain, terpaksa ia memanggil istri pertama yang lama ia lupakan serta diperlakukan secara tidak pantas. Dengan tangisan yang semakin dalam, lagi-lagi pria kaya ini mengungkapkan kematian yang sudah dekat. Di luar dugaan, istri pertama memegang tangan suaminya penuh kemesraan, tersenyum, mencium pipi sambil berbisik: “Jangan khawatir kanda, saya akan menemanimu ke mana pun dan sampai kapan pun”.
Bila boleh jujur, cerita pria kaya ini adalah cerita kita semua ketika menghadapi kematian. Istri ketiga adalah simbolik kekuasaan dan kekayaan materi. Begitu menarik dan seksinya kekuasaan dan kekayaan, banyak orang bahkan melanggar agamanya agar bisa mendapatkan kekayaan. Tidak sedikit manusia bahkan mengejar kekayaan dan kekuasaan sampai ke alam mimpi. Titipan pesannya kemudian, jangankan setelah mati, ketika tubuh ini masih segar bugar kalau kekayaan dan kekuasaan harus berlalu, ia pasti berlalu. Sebagian orang kaya dan berkuasa bahkan didoakan cepat sakit dan mati oleh sejumlah manusia ambisius.
Istri kedua tidak lain dan tidak bukan adalah tubuh fisik ini. Ia juga sangat dimanjakan oleh manusia kekinian. Makan yang enak, rekreasi yang mewah, tontonan menarik, kosmetik sampai dengan operasi plastik. Semuanya menelan dana dan tenaga hidup yang tidak sedikit. Namun sebagaimana sudah dicatat sejarah, tubuh ini hanya bisa menghantar sampai di kuburan.
Dan istri pertama yang lama dilupakan, disepelekan dan ditinggalkan adalah pelayanan kita pada kehidupan. Mencintai istri, melayani suami, memfasilitasi anak-anak bertumbuh, menghormati atasan, menyayangi bawahan, menolong siapa saja dan apa saja yang membutuhkan, melaksanakan kerja sebaik- baiknya, itulah sebagian tugas-tugas pelayanan yang kerap dilupakan orang. Di dunia spiritual disebut spiritualitas dalam tindakan.
Kisah di atas bukan ditelan mentah-mentah. Kisah itu mengandung hikmah tentang kekuatan cinta kasih. Cinta kasih akan tetap ada dalam diri orang-orang yang hidupnya melekat pada Allah. Kemelekatan itu akan menghasilkan buah kasih.
Tinggallah dalam Yesus, pokok anggur yang benar agar menghasilkan buah! Orang yang tinggal dalam Kristus akan mampu memberikan kasih yang utuh pada sesamanya. Karena dia bukan ”benalu” bukan ”parasit”.