(0271) 625546
10 April 2023
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. (Yohanes 8:51)
Beberapa minggu kita telah merasakan betul betapa informasi sangatlah penting. Hampir sepanjang hari, saluran-saluran berita selalu dicari. Semua media dari TV, Hp, radio, koran, dsb., begitu diandalkan, berharap kita menjadi lebih lega ketika menerima berita yang benar. Dan tentu saja, dalam situasi yang serba tidak jelas ini, sedikit saja berita baik sangatlah berarti. Sayangnya berita baik tidak kunjung datang. Di media-media, yang disuguhkan justru perdebatan dan orang adu gagasan. Bukannya menimbulkan rasa tenang, kita justru semakin tenggelam dalam kesimpang-siuran. Belum lagi semakin banyaknya sebaran berita-berita via WA yang mudah kita terima, mudah juga kita bagikan tanpa jelas kebenarannya. Rasa-rasanya, alih-alih mendapat kepastian, semakin banyak berita yang diterima, kita justru semakin dibingungkan dan dibuat gelisah.
Demikianlah manusia dengan akalnya. Selalu berusaha mencari suatu pegangan yang paling benar dan yang paling masuk akal. Sampai-sampai semua pendapat ahli atau pakar diterima dan dipercaya. Padahal tentu saja, pendapat ahli kesehatan sampai pakar hukum, semuanya bisa mengatakan pendapat yang berbeda-beda. Ahli A bilang begini, sementara si ahli B bilang begitu. Pakar C mengatakan harusnya begini, sementara pakar D mengatakan harus begitu. Tidak jarang, pendapat dan teori yang disampaikan itu saling bertentangan. Dampaknya, sebagian masyarakat yang haus informasi itu ikut bertengkar dan sebagian lainnya bengong karena bingung. Di era informasi yang melimpah, kita dituntut untuk tidak sembarang percaya. Karena sebuah informasi bisa sedemikian meyakinkan, padahal isinya adalah kebohongan yang menyesatkan. Yang salah dianggap benar dan yang benar bisa menjadi salah.
Rupanya, hal tersebut tidak hanya terjadi saat ini saja. Yesus adalah salah satu korban dari kesalahmengertian orang-orang Yahudi. Banyak orang kala itu menuduh Yesus menyesatkan dan menista Allah. Dan yang menarik, mereka yang menuduh Yesus adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan lebih, atau dapat dikata mereka yang cukup ahli dan mengerti hukum agama. Maka tidak heran bila kemudian dari pendapat mereka, banyak orang biasa ikut membenci dan terhasut untuk membunuh Yesus. Meski Yesus sudah banyak mengajar, memberi kesembuhan dan bahkan memberikan teladan, nyatanya orang masih saja curiga dan tidak percaya. Demikianlah sampai saat ini faktanya. Bahwa semakin banyak orang merasa ahli, kebenaran menjadi semakin tidak jelas. Semakin banyak orang yang merasa tahu, semakin marak kepanikan yang muncul.
Untuk belajar percaya memang tidaklah mudah. Karena rasa percaya yang muncul dari hati dan pengalaman, bisa dikaburkan oleh bisingnya pendapat orang di luar sana. Ada baiknya bila kesempatan isolasi diri diikuti dengan sebuah laku untuk berkontemplasi. Yakni memberikan diri-pribadi sepenuhnya di hadapan Allah sembari belajar mawas. Karena jangan-jangan kita sering lebih percaya pada apa kata orang, dibanding sapaan Allah di dalam hati dan nurani kita masing-masing. Jangan sampai kita mudah terhasut dan semakin lupa pada apa yang menjadi keyakinan iman kita. Karena di hari-hari ini, doa dan pujian kepada Allah akan jauh lebih dibutuhkan untuk memberikan damai sejahtera, daripada mendengar dan menyebarkan kata-kata orang.
Pdt. Hizkia Fredo V., S.Si., M.Fil.