(0271) 625546

gkjbaki@gmail.com

Renungan Ibadah

18 Februari 2024

renungan Ibadah, Menghidupi Karya Allah Yang indah Dalam Kristus (Pra Paskah I), LPP Sinode GKJ dan GKI SW Jateng, gereja kristen jawa, gkj, gkj baki, gereja kristen jawa baki, baki, sukoharjo, gkj klasis sukoharjo, klasis sukoharjo, klasis, sinode gkj, sinode

Menghidupi Karya Allah Yang indah Dalam Kristus (Pra Paskah I)

Bacaan Alkitab :

  • Kejadian 9: 8 - 17
  • Mazmur 25: 1 - 10
  • 1 Petrus 3: 18 - 22
  • Markus 1: 9 - 15

Bahan Renungan :

Menghidupi karya Allah berarti kesiapan kita menerima segala kemungkinan yang berada di luar pemikiran kita sebab kita mempercayakan diri sepenuhnya pada Allah. Seorang yang menyediakan hatinya dituntun Tuhan akan siap untuk mengubah apa yang direncanakan atau dikehendaknya. Di sinilah dibutuhkan kerendahan hati yang mengingatkan manusia karena sering kali bersikukuh pada keinginannya sendiri. Ungkapan “kepala batu,” yang berarti sikap tidak mau mengikuti nasihat orang lain pastilah kita kenal. Orang yang keras kepala sulit menerima pendapat orang lain, dan tetap pada pandangannya sendiri. Ia sulit bekerja sama dan sulit terbuka pada perubahan. Di sini kita bisa bertanya: bagaimana jika seseorang tidak menghidupi karya Allah? Orang itu tidak akan mudah mengalami hal-hal yang baik dari Tuhan.

Pada hari ini mari kita belajar dari firman Tuhan yang menuntun kita menjadi pelaku firman yang Tuhan. Menghidupi karya Allah berarti sedia dituntun Allah untuk turut terlibat melakukan apa yang dikehendaki Allah. Mari kita merenungkan pokok-pokok berdasar firman Tuhan:

Pertama, Allah memberikan janji berkat yang indah bagi umat-Nya sebagaimana ditulis dalam Kejadian 9:11-13: "Sejak saat ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi ... memunahkan bumi. Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama- lamanya. Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi."

Melalui janji Tuhan yang ditaruh dengan tanda busur pelangi indah di awan, umat akan mengingat betapa besar kasih setia Tuhan. Karena kedegilan hati manusia, Ia mengingatkan umat yang diciptakan dengan tangan-Nya sendiri. Allah yang mencipta itu menyesal dengan semua tindakan umat yang jahat di mata-Nya (bdk. Kej. 6:6). Ia melepaskan hukuman dengan air bah kepada umat yang menolak hidup dalam kehendak-Nya. Maka setelah peristiwa air bah, Allah menyatakan janji-Nya bahwa Ia tidak akan membinasakan lagi umat manusia dengan air bah. Allah bukan pribadi yang mengedepankan penghukuman, namun sebaliknya mengutamakan kasih dan keselamatan umat manusia.

Janji Allah yang menyatakan bahwa Ia tidak akan melenyapkan manusia dengan air bah itu menjadi keyakinan tentang dibukanya lembaran baru bagi kehidupan manusia. Secara simbolik kita menemukan bahwa jika akan turun hujan lebat, awan yang pekat menjadi tandanya. Sedangkan pelangi merupakan tanda berakhirnya hujan dan kekelaman. Melalui pelangi, Nuh beroleh tanda akan lembaran baru bagi kehidupan manusia. Tanda pelangi itu sekaligus menjadi undangan bagi masa depan kehidupan manusia. Yang lama sudah berlalu, yang baru datang.

Siapa saja yang menerima janji Allah? Janji Allah itu diberikan kepada semua orang, tanpa kecuali, baik kepada mereka yang bersikap benar, maupun kepada yang hidup tidak benar. Menyambut janji Tuhan, adalah mempraktikkan hati yang senantiasa terarah kepada-Nya. Upaya mempraktikkan janji Allah adalah melalui hidup dalam kasih dan pengampunan. Tindakan itu dilakukan karena kita mau meneladan Dia, bukan mengikut kata dunia. Setiap orang yang mengalami perjumpaan dengan Allah akan hidup dengan jiwa pengasih, pembebas, mengedepankan pengampunan, membawa sukacita keselamatan.

Kedua, persembahan sempurna: total, sepenuh hati. Menghidupi karya Allah yang indah tidak mudah. Maka dari itu setiap murid Kristus perlu memahami bahwa kematian Kristus adalah sekali untuk segala dosa manusia. “Sekali” berarti tidak perlu berulang. Dengan sekali itu berarti pula bahwa semua sudah tuntas, berlaku untuk seterusnya bahkan selamanya. Bagi siapa saja, tanpa terkecuali, kematian Kristus adalah anugerah sempurna. Anugerah itu menarik setiap orang mempersembahkan hidupnya secara total, tidak tanggung-tanggung.

Menghidupi karya Allah yang indah dengan penebusan dan penyucian dosa “sekali” untuk selamanya mengingatkan kita bahwa kasih itu tidak setengah hati. Kasih haruslah dengan segenap hati. Ada banyak kesempatan bagi kita untuk mewujudkan kasih dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, siap sedia menunaikan tugas dengan persiapan yang cukup. Di sini kita dapat belajar dari peristiwa pembaptisan Yesus. Melalui baptisan, Yesus memloklamirkan indentitas-Nya. Ia datang dari Nazaret di tanah Galilea dan siap untuk hidup bagi manusia. Ia menyatakan kebaikan dengan mengundang dan membimbing setiap orang kembali kepada Allah. Melalui Yesus, manusia diajak percaya pada Allah yang begitu mengasihi dunia dan rela berkurban untuk membawa kita kepada-Nya.

Setelah Yesus memroklamirkan diri-Nya dan menerima baptisan, didapatlah “persetujuan” dari Allah Bapa: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi”. Tampaklah di hadapan publik Roh turun dalam wujud seperti merpati. Banyak penafsir menyebut burung merpati itu sebagai simbolisasi kelemahlembutan. Karena itu, dalam berkarya Ia membimbing setiap orang dengan kelemahlembutan dan kasih.

Untuk mempersiapkan diri-Nya memasuki karya di tengah dunia, segera sesudah pembaptisan-Nya Roh memimpin Yesus ke padang gurun untuk dicobai selama 40 hari. Injil mengisahkan bahwa Yesus yang dipimpin oleh Roh menghadapi kuatnya godaan iblis di padang gurun. Selain dicobai Iblis, Ia berada di padang gurun di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia.

Dia yang berada di antara binatang liar merupakan simbolisasi menyatunya ciptaan dalam keutuhan di antara ketenangan dan keliaran. Malaikat-malaikat yang melayani-Nya dalah utusan Allah yang meneguhkan. Pasca tempaan di padang gurun, Yesus menyatakan hadirnya kerajaan Allah. Setiap orang diundang untuk terarah pada Kerajaan itu, dan tidak hanya di sini dan kini melulu. Itulah yang dimaksud dengan bertobat.

Melalui peristiwa pencobaan, umat diingatkan bahwa hidup tidak lepas dari pencobaan. Melalui pencobaan, Yesus mulai mengajarkan bagaimana bertahan di tengah pencobaan dan bertekun menantikan pertolongan Allah. Allah akan menyertai dan menolong umat-Nya.

Biarlah baptisan Yesus menyegarkan kembali makna baptisan kita. Kita mencatatkan diri untuk siap mengikut Yesus serta siap menjalankan tugas panggilan kita. Saat pencobaan terjadi, mari kita maknai sebagai bagian nyata dalam kehidupan kita. Mungkin saat ini keadaan kita tidak sedang baik-baik saja, namun percayalah bahwa ujian itu dapat dipakai Tuhan untuk meneguhkan iman. Dengan menemukan makna di balik ujian itu kita akan makin ulet dan tangguh dalam menghidupi karya Tuhan, sehingga kita menjadi berkat bagi kehidupan.

Jangan takut, di tengah situasi hidup yang berat, Allah tidak membiarkan kita. Seperti halnya saat Yesus dicobai iblis, malaikat-malaikat-Nya melayani-Nya, demikian juga dengan kita. Dalam setiap perjuangan menghadapi ujian, Allah memberikan peneguhan melalui “malaikat-Nya”. Malaikat- malaikat itu adalah siapa pun dan apa pun yang dipakai Allah untuk menyertai dan menolong kita. Amin.

kebaktian, kebaktian online, live streaming, gereja kristen jawa, gkj, gkj baki, gereja kristen jawa baki, baki, sukoharjo, gkj klasis sukoharjo, klasis sukoharjo, klasis, sinode gkj, sinode