(0271) 625546
12 Mei 2024
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Memilih adalah sebuah kata kerja aktif yang memiliki arti menentukan, mengambil, memisahkan, dan menunjuk (menurut KBBI). Hampir setiap hari hal ini kita lakukan, mulai dari hal yang sederhana dan kecil seperti memilih baju yang akan dikenakan hari ini sampai perihal yang besar dan penting seperti memilih pasangan hidup. Bahkan beberapa bulan yang lalu kita pun telah memilih pemimpin bangsa ini melalui Pemilu. Meskipun suara kita hanya satu dari jutaan suara rakyat Indonesia, tetap saja pilihan kita turut menentukan masa depan bangsa ini.
Meskipun hidup kita tidak bisa dilepaskan dari tindakan memilih yang berujung pada pengambilan keputusan, ada sebagian orang yang takut untuk memilih, apalagi akibat dari pilihan-pilihannya dianggap tidak begitu jelas mengarah ke mana. Ketakutan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: takut salah, takut merugikan diri sendiri atau orang lain, hidup dalam kebimbangan yang terus menerus, trauma masa lalu ketika harus mengambil keputusan, dan alasan kompleks lainnya. Orang cenderung ingin memilih keputusan yang benar bagi dirinya maupun orang lain, sehingga dalam memilih atau mengambil keputusan biasanya dilakukan dengan hati-hati. Akan tetapi yang menjadi pertanyaannya, bagaimana kita mengetahui di awal jika keputusan kita ini benar atau tidak? Bagaimana jika ketakutan dan kekhawatiran yang muncul sebelum mengambil keputusan itu menjadi nyata?
Di sinilah iman dan percaya kita mengambil alih. Bukan hanya dengan berdasarkan pada pengertian diri sendiri tetapi mengarahkan hidup kepada sumber hikmat dan kebenaran, yaitu Allah. Hidup orang percaya adalah hidup di dalam jalan Allah. Hidup yang dikarunia oleh hikmat dan tuntunan Roh. Inilah yang menjadi dasar iman kita di dalam anugerah. Kita sudah memiliki pedoman untuk hidup dalam pilihan-pilihan yang tidak jarang sulit sekalipun. Sebagaimana Pemazmur telah menyampaikannya pada Mazmur 1 “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” Pilihan yang diambil adalah hidup dalam kehendak Tuhan, pedoman hidupnya adalah firman Tuhan. Pilihan hidup ini pasti akan membawa pada hidup yang bahagia dan diberkati. Sebenarnya Tuhan sudah menunjukkan petunjuk akan pilihan tersebut bahkan sejak dari awalnya. Kuncinya adalah mengandalkan Tuhan, bukan pemikiran, pengetahuan, dan apa yang benar menurut diri sendiri.
Apa yang benar sudah menjadi bagian dari kehidupan orang percaya karena mereka telah diteguhkan dalam kesaksian akan Anak Allah, yaitu Yesus Kristus. Ia adalah wujud nyata dari kebenaran Allah. Dapat dilihat bagaimana Tuhan menyatakan kebenarannya berkali-kali kepada mereka yang percaya. Bukan hanya satu kali, dua kali, tetapi berkali-kali dan puncaknya adalah pada diri Yesus Kristus. Dialah pedoman dan arah kebenaran. Ketika kebingungan dengan pilihan-pilihan yang ada, bahkan mungkin banyak godaan-godaan yang membuat kabur pilihan-pilihan itu, pandang dan lihatlah Kristus. Ketika harus menentukan keputusan, renungkanlah apa yang Kristus lakukan, apa yang Kristus pikirkan, apa yang Kristus korbankan jika berada dalam situasi ini. Dan itu semua ada dalam Injil, kesaksian tentang seluruh kehidupan dan pilihan Yesus Kristus untuk melakukan kehendak dan misi Bapa.
Yohanes 17:6-19 menyatakan peneguhan dari Tuhan melalui Doa yang diucapkan oleh Yesus. Bahwa mereka yang menyatu dengan Yesus akan dipelihara, dikuduskan, dan dimampukan untuk meneruskan misi Yesus di dunia ini. Dengan kata lain, orang-orang percaya akan dimampukan untuk hidup dalam kebenaran. Setiap tindakan mereka adalah tindakan yang mengarah pada misi Bapa, sebagaimana hidup Yesus di dunia ini. Sehingga memilih untuk hidup benar adalah melakukan dan melanjutkan misi Yesus Kristus di dunia ini yang menyatakan kasih, keadilan, dan keselamatan.
Perlu disadari bahwa berupaya untuk selalu memilih hidup benar memang tidak mudah, terlebih dalam situasi dunia pada saat ini di mana banyak sekali godaan-godaan yang menjadi distraksi (gangguan) fokus pada kebenaran. Batasan antara apa yang benar dan apa yang salah seolah-olah sudah tidak jelas dan terasa kabur. Arus informasi yang begitu banyak dan cepat sering kali malah membingungkan dan bukannya membantu. Karena situasi tersebut akhirnya banyak orang yang mencari jalan yang mudah, hidup sesuai dengan apa kata dunia (mengalir saja) atau justru hidup dalam standar hitam dan putih yang mengarah pada penghakiman. Sebagai orang percaya yang ingin hidup dalam hikmat dan cinta kasih tentunya kita tidak ingin jatuh dalam dua sisi ekstrem tadi. Oleh karena itu kesadaran untuk hidup dalam proses dicernment dapat membantu kita memahami kehendak Tuhan dalam situasi yang sangat “ramai” ini. Discernment adalah proses penyelaman yang mendalam dalam pengambilan keputusan dengan memilah, membedakan, dan mencermati seluruh aspek yang ada serta melibatkan karya Roh di dalamnya.
Kisah Para Rasul 1:15-17, 21-26 menunjukkan proses ini. Dalam proses penentuan pengganti Yudas, para murid menyelami proses penentuan keputusan atau discernment. Setelah menentukan dua kandidat yang terpilih untuk menggantikan posisi Yudas, yakni Yustus dan Matias. Bisa dibayangkan jika proses penentuan dua kandidat ini pasti tidak mudah. Di antara sekian banyak pengikut Yesus hingga mengerucut menjadi dua kandidat, tentu banyak hal yang menjadi pertimbangan. Tidak hanya sampai di situ, sebelum penentuan akhir tentang siapakah yang terpilih, para murid berdoa dan menyerahkan proses penentuan ini kepada Tuhan sepenuhnya. Undi yang mereka lakukan bukan sebagai bentuk “mencari mudahnya” saja, tetapi dilakukan dalam keyakinan bahwa Roh yang menuntun setiap prosesnya. Akhirnya terpilihlah Matias sebagai rasul ke-12.
Proses yang dijalani oleh para murid dalam menentukan keputusan ini bukanlah proses yang ala kadarnya (yang penting siapa pun terpilih). Proses pengambilan keputusan dan penentuan ini menggambarkan dinamika tuntunan Roh yang bekerja secara nyata. Kebenaran bukan bersumber dari apa yang menurut mereka baik saja, tetapi dari Roh Allah. Dan dapat kita lihat bagaimana para murid pun benar-benar menyerahkan diri pada tuntunan Roh, bukan pendapat atau logika mereka saja.
Dalam kehidupan di zaman ini, kita pun diperhadapkan pada banyak tindakan memilih. Jika pada zaman Para Rasul mereka harus memilih pengganti Yudas dan mereka menentukannya dengan meminta hikmat Tuhan, maka kita pun sudah selayaknya demikian. Pemilu Eksekutif dan Legislatif telah kita lewati dengan segala pergumulan akan siapakah pilihan kita. Di akhir tahun ini pun kita akan kembali memilih para pemimpin di lingkup pemerintah daerah (Pilkada) dalam rangka Pilkada serentak bagi beberapa daerah. Kita lah yang menentukan siapa pemimpin yang terbaik, bukan menurut kita atau kelompok kita saja tetapi juga yang terbaik bagi bangsa Indonesia. Bukan asal memilih tetapi ada keyakinan bahwa Roh Tuhan sedang mengarahkan kita pada rancangan damai sejahtera. Meskipun pilihan atau suara kita hanya satu dari sepersekian ratus juta suara, tetapi ingatlah bahwa Tuhan memakai kita untuk menyatakan rancangannya bagi bangsa ini. Dalam kesadaran tersebut mari kita berproses dalam discernment. Mencari tahu apa yang benar menurut kasih anugerah Tuhan dan menyerahkan diri pada hikmat-Nya.
Untuk memahami kebenaran Allah memang tidak mudah, proses yang tidak instan. Dalam proses ini diperlukan komitmen, kerendahan hati, kesabaran dan penyerahan diri kepada tuntunan Roh. Diperlukan juga kepekaan hati agar kehendak Allah semakin jelas apa pun kondisinya. Meskipun terlihat sulit dan tidak mudah, kita dimampukan oleh Roh Kebenaran itu sendiri.
Sebagai orang percaya yang telah menerima anugerah dan rahmat dari Tuhan, termasuk anugerah akan kebenaran, marilah kita belajar untuk selalu memilih keputusan yang benar (sesuai dengan kehendak Allah), juga memilih hidup untuk hidup benar. Hidup benar yang memperjuangkan keadilan, cinta kasih, kesatuan, kedamaian, dan nilai-nilai kebenaran Kerajaan Allah yang diteladankan oleh Kristus secara langsung.