(0271) 625546
10 Juni 2024
Bacaan Alkitab :
Bahan Renungan :
Setelah keributan di Efesus, Paulus kemudian berangkat ke Troas. Di sana Paulus menyempatkan diri untuk berbincang dan mengajar bersama para murid yang dan beberapa anak muda. Metode semacam ini banyak dipakai oleh Paulus ketika ia singgah di beberapa tempat. Karena pembicaraan dan pengajaran semacam itulah yang ternyata sangat efektif untuk membantu para pelayan dapat berkembang dan mampu melaksanakan tugasnya. Sebut saja beberapa tokoh muda yang sangat penting dalam kelanjutan karya Paulus seperti Timotius dan Silas, adalah hasil dari metode pengajaran tersebut. Itulah mengapa, seperti tidak mau kehilangan waktu, Paulus menyempatkan untuk secara intens berbincang dan mengajar orang-orang muda.
Kisah kali ini pun menarik, menyorot apa yang terjadi pada Eutikhus. Karena perbincangan yang panjang, tak pelak Eutikhus tertidur hingga jatuh. Penulis Kisah Para Rasul bahkan mengatakan bahwa Eutikhus mati karena terjatuh dari lantai dua. Ada alternatif tafsiran yang melihat agak sinis tentang hal ini, dengan mengatakan bahwa kesalahan Eutikhus yang tidak mau berkonsentrasi pada pengajaran Paulus, serta kelemahannya yang tidak bisa menahan kantuk telah membuatnya mati. Sampai-sampai tafsiran ini sering dipakai untuk menuntut dan menakut-nakuti orang supaya mau bersungguh-sungguh dalam menerima pengajaran.
Namun ada juga tafsiran lain yang lebih ramah, yang mengatakan bahwa, sisi manusiawi Eutikhus itu sebenarnya adalah hal yang wajar. Tidak ada salahnya jika seseorang mengantuk, sementara waktu itu sudah tengah malam. Karena orang-orang muda kala itu, dalam hal ini bisa dikategorikan dalam usia dewasa namun belum berkeluarga, bisa jadi adalah orang-orang yang sedang aktif-aktifnya bekerja di siang harinya. Oleh sebab itu rasa lelah dan mengantuk di tengah malam adalah hal yang sangat wajar. Dalam sudut pandang ini, apa yang terjadi pada Eutikhus menjadi menarik.
Kebetulan, nama Eutikhus berarti “beruntung”. Rasanya bukan tak sengaja hal ini dituliskan oleh penulis Kisah Para Rasul. Sebab hal itu benar-benar sesuai dengan apa yang terjadi padanya yang menjadi hidup ketika ia berada dalam pelukan Paulus. Dalam hal ini penting sebenarnya untuk mencermati sikap Paulus. Karena bukan tampak sinis, tetapi pelukan Paulus justru bisa diartikan sebagai sebuah tindakan simbolik yang menunjukan pengertian dan belas kasih. Sebab sejak awal, tampak bahwa Paulus ingin selalu menguatkan hati para murid (ay. 1). Maka alih-alih menuntut para orang muda itu, Paulus justru tampak semata-mata ingin memberi dukungan dan penguatan pada mereka meski di dalam berbagai keterbatasannya.
Pdt. Hizkia Fredo V., S.Si., M.Fil.