Apa yang terjadi antara Lot dan Abram adalah dinamika yang khas di antara pemimpin. Dalam konteks masyarakat patriarkhi (mengutamakan kepemimpinan laki-laki) seperti di Israel, Abram dan Lot menduduki posisi terpenting sebagai kepala keluarga sekaligus pemimpin dalam kelompok kekerabatan. Dalam hal ini, hubungan antara Lot dan Abram tidak bisa dipahami hanya sebagai hubungan antara dua orang saudara, namun hubungan antara dua pemimpin dari kelompok keluarga besar. Maka berdasarkan teks yang kita simak, kita dapat melihat bahwa meski relasi di antara Lot dan Abram secara personal baik-baik saja, namun persoalan bisa muncul justru dari para pengikut yang bertengkar. Sebagai contohnya, persis seperti halnya dalam masyarakat kita, ketika Pilpres beberapa waktu lalu (mungkin juga hingga kini) para pendukung capres bisa saling bertengkar hebat, padahal para capresnya baik-baik saja.

Dalam konteks Abram, hal itu adalah konsekuensi dari perkembangan kualitas kelompoknya. Misalnya dari sisi material, harta bendanya semakin banyak, wilayah kekuasaanya semakin luas, ternaknya bertambah, pengikutnya pun juga semakin banyak. Tanggung jawabnya sebagai pemimpin sebuah keluarga pun menjadi semakin kompleks dan rumit. Dan rupanya Abram cukup sadar akan hal ini, sehingga ketika terjadi suatu persoalan sekecil apapun, ia segera menyikapinnya sebaik mungkin untuk menghindari kekacauan. Dalam hal ini, kesepakatan untuk memisahkan kelompoknya dengan kelompok Lot adalah salah satu wujudnya. Di sinilah kita dapat melihat bagaimana peran pemimpin begitu serius bertindak dan mengambil keputusan penting hanya karena ulah para pengikutnya.

Maka kita dapat melihat adanya refleksi dari teks kali ini, selain tentang kebijakan Abram dan Lot dalam menjalankan peran kepemimpinannya, namun juga tentang perlunya kesadaran bahwa ‘ulah’ dari anggota kelompok yang bisa saja menyulitkan para pemimpinnya. Pada waktu-waktu terakhir ini, kita dapat mengamati betul bagaimana hal yang kedua ini cukup serius. Tidak sedikit persoalan muncul dan merepotkan para pemimpin hanya karena kesalahan yang dilakukan oleh anggota kelompok. Maka dirasa baik bila kini kita pun belajar bukan hanya tentang menjadi pemimpin yang baik sebagaimana diteladankan oleh Abram dan Lot. Namun juga menjadi anggota yang dapat membantu para pemimpin, daripada memunculkan masalah bagi para pemimpin.